Misteri dari Misteri


Kesejukan terlihat dari dalam hutan tropis disebuah pinggiran kota. Hutan-hutan itu terlihat sangat sempurna, dilengkapi dengan pohon-pohon besar yang rindang serta diselingi oleh pohon-pohon cemara yang berdaun tipis itu. Terangnya surya menyinari cela-cela dedaunan membuat hutan itu semakin indah untuk dinikmati, membuat pikiran kita serasa terlepas dari semua masalah-masalah yang ada untuk saat itu.
Dua setengah jam perjalanan dari kota, terdapat beberapa rumah yang jaraknya berjauhan sekitar seratus meter. Sepihnya daerah tersebut membuat tempat itu sangat hening ditambah dengan suara percikan air yang berasal dari sungai kecil dalam hutan itu. Sepuluh meter dari sungai tersebut terlihat sebuah rumah sederhana yang dikelilingi oleh rindangnya pohon-pohon yang tersusun rapi diujung jalan.
Satu keluarga yang baru menikah memilih untuk tinggal dalam rumah tersebut. Rumah yang jauh dari keramaian dan kotornya udara perkotaan akibat polusi. Seorang laki-laki yang bernama Asyer Gosyen dengan istrinya Adonia Zur. Asyer Gosyen merupakan keturunan dari keluarga yang sederhana namun menyelamatkan banyak jiwa melalui penyembuhannya, ibu Asyer adalah seseorang yang bisa menyembuhkan penyakit melaui obat-obatan yang dia tanam diladangnya. Ibu Asyer adalah seorang tabit sang penyembuh. Sedangkan Adonia tidak pernah mengatakan dia berasal dari keluarga mana. Setelah menikah mereka memilih untuk tinggal di pinggir kota, mereka tinggal disebuah rumah yang sejuk dan segar dimana disekitar rumah itu dikelilingi oleh pohon-pohon yang besar dan rimbun.

lalu pada tahun penuaian ladang orang tua Asyer pada bulan dua belas, sehari sebelum hari Natal tiba, wanita itu melahirkan sepasang anak kembar yang manis rupanya. Kelahiran kedua anak itu membuat ayahnya merasa heran karena disekeliling rumahnya didatangi hewan-hewan yang tidak perna kelihatan selama mereka tinggal di tempat itu. Diatas pohon-pohon disekitar rumahnya burung-burung beterbangan kesana kemari seolah-olah menandakan bahwa itu adalah peliharaan mereka, sedangkan diatas sana awan berwarna abu-abu kehitaman menyelimuti langit yang berbentuk lingkaran seakan-akan ingin melindungi rumah itu dari sesuatu. Setelah lahir, kedua anak itu diberi nama Kehila Qwin  karena ia seorang perempuan dan yang lebih dahulu keluar dari rahim ibunya, sedangkan Hazor Qwin seorang anak laki-laki dan dia yang terakhir keluar dari rahim ibunya. Asyer bertambah heran ketika melihat tanda lahir yang berbeda pada kedua anaknya, tanda lahir pada tangan kanan dibawah jari Jempol  anak sulungnya yaitu Kehila Qwin berbentuk seperti gambar daun sedangkan tanda lahir pada anak bungsunya yaitu Hazor Qwin yang berada pada lengan kanan dibawah pundaknya menyerupai gambar api.
Hari demi hari mereka bertambah besar. Ayah mereka sering keluar kota untuk bekerja. Pada umur tujuh tahun, hari ulang tahun anak kembar itu dirayakan pada malam Natal. Perayaan Ulang tahun mereka dihadiri oleh kakek dan nenek (orang tua dari Asyer Gosyen) serta teman-teman sekelas mereka. Setelah selesai pesta Kehila mendekati jendela dan ingin melihat salju bulat kecil yang turun secara perlaha-lahan. tiba-tiba ia melihat makhluk aneh bersandar diatas pohon yang ada di depan jendela rumahnya yang terdapat dekat tangga lantai dua rumah itu, ia melihat sosok berbulu tebal, halus dan lembut seperti sekumpulan salju putih yang memantulkan cahaya kecil. makhluk itu mengarahkan kepalanya kepada anak itu, dan setelah dia amati ternyata makhluk itu adalah sebuah burung GAGAK PUTIH yang bersandar diatas pohon dan sedang membawah sesuatu pada paruhnya, ia melihat ada sebuah benda pada paruh burung itu yang seakakan-akan ingin menunjukan sesuatu pada Kehila. Setelah diamati burung itu sedang menggigit sebuah batu yang berwarna seperti sebuah pelangi dan kelihatan bercahaya yang halus. anak perempuan itu menatap burung gagak itu dari jendela dan terlihat heran serta berkata “mana munkin ada seekor burung gagak yang berwarna putih yang paruhnya seperti paruh burung elang.”
Burung gagak itu melebarkan sayapnya dan mengerak-gerakkan tubuhnya untuk melepaskan salju-salju yang menempel dibadannya. Setelah selesai burung itu mengepakkan sayapnya lalu pergi. Setelah burung itu pergi, datanglah sekumpulan besar burung-brung dan beterbangan disekitar rumah mereka,dari berbagai jenis burung-burung itu terbang diatas atap rumah itu seperti terlihat membentuk lingkaran dan nampaklah juga segerombolah binatang-binatang yang belum perna mucul sebelumnya pada rumah mereka dan menatap ke gadis kecil itu. Gadis kecil itu heran melihat hewan-hewan yang aneh-aneh itu. Seperti beruang yang mulutnya dan telapak kakinya terlihat seperti paruh dan telapa kaki pada bebek, burung unta yang paruhnya seperti burung elang dan ekornya seperti burung merak, anjing yang memiliki bulu yang lebat dan memiliki satu tanduk pada kepalanya, gajah yang bertanduk dan ekornya seperti ekor kuda panjang dan berbulu, dan masih banyak lagi keanehan-keanehan yang terlihat pada hewan-hewan itu.
 Suara binatang-binatang dan bunyi-bunyian burung-burung di udara membuat seisi rumah itu melihat ke luar lewat jendela. Setelah mereka melihatnya, mereka tampak heran. Asyer Gosyen tampak sangat heran melihat semuanya itu, dia heran dan mengingat semuanya seperti pada saat anak kembarnya baru lahir. Tapi dia tidak perduli hal itu, dia hanya melihat dan mengagumi binatang-binatang itu karena banyaknya. Tidak lama kemudian binatang-binatang itu pergi dan menjauh dari ruma itu, mereka pergi masuk hutan dan entah mau kemana. Semua orang yang ada dalam rumah itu terlihat heran sambil memperhatikan binatang-binatang itu kembali ke hutan.
Setelah kejadian itu, Asyer dan istrinya serta kedua orang tuanya kembali ke ruang tengah, mengobrol soal kejadian itu sambil menunggu hari Natal tiba, tetapi kedua anaknya menuju ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.
Semuanya terdiam sejenak, tiba – tiba dengan muka yang serius dan terlihat heran ayah Asyer menanyakan soal hewan – hewan itu. “darimana asal binatang – binatang itu...?” sedangkan Adonia dan ibu Asyer hanya bisa terdiam dan memperhatikan Ayah Asyer berbicara….
Mendengarkan pertanyaan ayahnya, Asyer berbicara menanggapi pertanyaan itu sambil mengingat kembali kejadian-kejadian yang terjadi saat anaknya baru lahir. “ya… aku juga heran darimana asal mereka, hewan-hewan itu juga datang saat Kehila dan Hazor lahir, saat mereka baru pertama kalinya mengeluarkan suara tangisan,tetapi ketika hewan – hewan itu datang mereka langsung berhenti menangis. Tidak lama kemudian mereka berdua tertawa seolah – olah ada yang menemani mereka bermain.”
Dengan mengingat kejadian-kejadian aneh yang terjadi pada keduan anak-anaknya, Adonia, orang tua Kehila dan Azor juga menanggapi pertanyaan mertuanya ketika mendengar Asyer selesai berbicara. “bahkan pada umur satu tahun, saya sering melihat Hazor tiba-tiba bermain didekat pohon besar yang ada di sekitar rumah, dan lebih anehnya lagi saya sering melihat. Kehila bermain dengan beberapa hewan – hewan yang berbentuk aneh. seperti Koala yang memiliki telinga seperti telinga gaja tapi memiliki bulu yang terlihat halus, tupai yang memiliki telinga seperti telinga kelinci dan diujung telinganya terbentuk runcing dan bengkok ke belakang, dan berbagai macam burung – burung yang catik – cantik dan lucu – lucu. Tapi setelah mereka berumur dua tahun, saya tidak pernah melihatnya lagi.”
Setelah mendengar kejadian – kejadian yang pernah terjadi pada kedua cucu – cucunya, berbicaralah Ibu Asyer, “apakah itu benar-benar terjadi…?; karna tidak masuk akal, mana munkin ada binatang-binatang yang seperti itu didunia yang nyata seperti ini.”
“Itu munkin saja seperti yang sudah dikatakan Adonia karna dia sendiri juga yang telah melihatnya langsung, bukankah tadi kita juga melihtanya secara langsung karna munkin mereka berasal dari tempat lain…!” jawab ayah Asyer.
“iya, Itu munkin karena aku tidak melihat semunya tadi karena mereka keburu untuk pergi, jadi aku agak tidak percaya. dan yang pentingnya lagi, semoga itu tidak berdampak buruk pada sikembar nantinya. Sudahlah kita lupakan semua kejadian malam ini dan mari kita semuanya pergi untuk beristirahat, bukanka ini malam Natal…!” kata ibu Asyer dengan tubuh yang terlihat letih dan beranjak dari kursinya.
Setelah mereka selesai bergumul dalam ruang tengah, dan mempertanyakan semua kejadian itu, mereka semuanya beranjak dari kursi mereka dan menuju ke  kamar tidur mereka masing-masing. Sementara itu dalam kamar Asyer dan Adonia, Adonia masih terpikir hal-hal mengenai kedua anak kembarnya.
Dengan penuh rasa ingin tahu, dan dengan nada suara yang lembut Adonia bertanya kepada suaminya: “sayang, kenapa kamu tidak memberitahukan tentang keanehan yang terjadi saat Kehila dan Hazor lahir…?”
“sayang, aku tidak memberitahukannya kepadamu karna aku rasa itu akan membuat kamu merasa terganggu dan tidak tenang nantinya, Nanti kamu akan selalu memikirkannya dan saya takut itu akan membuat kesehatanmu dan bayi kita terganggu. Lagian aku rasa kejadian pada saat itu hanyalah kejadian alam… sudahla itu jangan dibahas lagi, ini sudah larut malam mari kita tidur.” Jawab Asyer kepada istrinya dengan badan yang letih.
“ya, sudahlah. Pulihkan tenaga kamu ya.., karna besok adalah hari yang penuh dengan sukacita, hari yang penuh dengan kegembiraan.” Setelah percakapan itu, mereka berdua memulihkan tenaga mereka dari aktivitas seharian dengan tidur.
Malam telah berlalu dan hari baru telah tiba. pada pukul enam waktu setempat, terdengar suara yang keras dari tangga menuju ke ruang keluarga menyerukan bahwa hari Natal telah tiba dengan maksud untuk membangunkan semua orang yang masih tertidur. Itulah Hazor yang berlari dari kamarnya yang berada di lantai dua rumah itu dan menuju ke pohon Natal yang ada dekat jendela dalam ruang keluarga rumahnya, dengan hati yang senang gembira ia mengambil sebuah bungkusan kado yang berada di bawa pohon Natalnya. sebelum ia membukanya, Kehila datang dan mencari bungkusan kado yang ia sukai. melihat kedua anaknya yang merasa senang mengambil kado, orang tua Kehila dan Hazor melihat keduanya dari atas tangga sambil tersenyum bangga.
Sambil tersenyum berkatalah Adonia kepada anak-anaknya “jangan berebutan, habis itu kalian mandi dan kita berangkat ke gereja untuk Ibadah Natal…”
“Ia ma...” jawab kedua anaknya sambil membuka bungkusan kado yang mereka pegang.
Kepala yang menoleh kepada kedua mertuanya, Adonia kemudian bertanya kepada mereka, katanya; “Ayah dan Ibu pergi ke Gereja kan…?”
“iya, masa hari penting begini, kami tidak ikut untuk merayakannya…” jawab ibu Asyer dengan lembut.
Tidak lama kemudian, mereka semuanya berangkat ke Gereja. Ditengah perjalanan, Kehila melihat lagi burung yang semalam ia lihat dari jendela, burung gagak berbulu putih. dia melihatnya dari jendela mobilnya, burung itu bersandat diatas pohon yang berada di pinggir jalan. Tidak lama ia melihat burung itu karena mobil yang sementara jalan. ia melihatnya dari kejauhan burung itu masi ada diatas pohon itu.
“cucu nenek kenapa…?? Kehila, kamu tidak apa-apakan sayang…?” tanya nenek Kehila yang heran melihat cucunya yang terus melihat keluar jendela mobil.
“tidak apa-apa ko’ ne’…” jawab Kehila dengan wajah yang masih peasaran.
Percakapan itu mengundang semua orang yang ada diatas mobil itu dan melihat Kehila dengan wajah yang tersenyum dan sedikit heran. setelah beberapa waktu kemudian, mereka tiba di Gereja yang mereka tuju untuk melakukan ibadah bersama. Ibadah hampir mulai, mereka masuk dan mengambil tempat ke tiga dari depan. Setelah pertengan ibadah berlangsung, Kehila melihat burung yang sama yang dia lihat diatas mobil tadi, dia melihat burung itu berada di atas jendela Gereja dan matanya mengarah kepada Kehila seolah-olah burung itu ingin memperlihatkan sesuatu kepadanya.
Semakin lama Kehila semakin penasaran dengan kejadian – kejadian dan keanehan – keanehan yang ia hadapi selama ini. Tetapi saat itu perhatiannya langsung tertuju pada ibadah dan mengabaikan burung itu sedangkan Hazor selalu terlihat tenang dan menikmati jalannya Ibadah Natal.Setelah ibadah Natal selesai mereka langsung pulang dan kembali ke rumah mereka.
Setelah kejadian itu, hari demi hari Kehila dan Hazor lalui, mereka melalui hari-hari mereka layaknya anak sebaya mereka dan Kehila pun melupakan apa yang perna ia lihat, setelah kejadian-kejadian pada saat mereka berulang tahun yang ke tujuh, mereka bermain seperti anak normal yang lainnya. Mereka bermain seolah-olah mereka tidak pernah mendapatkan kejadian-kejadian selama itu.

BAB I
Disuatu hari Kehila dan Hazor bermain di belakang rumahnya sekitar pukul tiga siang, tiba-tiba mata Kehila terhenti ketika matanya menatap di atas pohon dan melihat seekor burung gagak putih seperti yang ia lihat sebelumnya berada diatas pohon itu, gagak itu membawah sesuatu pada pada paruhnya, Kehila melihat ada batu yang berwarna seperti sebuah pelangi dan kelihatan bercahaya halus pada paruh burung itu persis sama seperti yang ia lihat pada saat dia berulang tahun dulu. Karena penasaran dia memanggil saudara kembarnya, Hazor yang sedang berada diatas pohon yang lain, untuk melihatnya.
“Hazor, coba kamu turun… ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan kepada kamu…!!” dengan rasa penasaran dia menyuruh adiknya turun dari pohon.
“Ia…., tunggu sebentar, lagi mau turun ni….” Jawab adiknya sambil turun dari atas pohon yang batangnya besar itu.
Setelah Hazor berada di dekatnya,Kehila berkata kepada Hazor sambil menunjukkan burung gagak itu; “Hazor, coba kamu lihat itu, burung gagak itu selalu muncul tiba-tiba tanpa aku sadari. dan waktu pertama saya melihatnya, burung itu datang pada saat kita merayakan ualng tahun dua bulan yang lalu dan posisinya sama seperti saat ini.” Tambahnya sambil menjelaskannya pada Hazor.
“aneh sih….!! Tapi wao… bagus sekali…, ka’ munkin tidak, dia ingin menyampaikan sesuatu” jawab Hazor sambil mengagumi burung itu.
“nggak tau juga, tapi munkin juga ya…..” jawab Kehila sambil menanggapi perkataan adiknya.
Tidak lama berbicara, burung itu manatap mata Kehila dan menjatuhkan batu yang tadinya ada pada paruhnya. Kehila dan Hazor melihat batu itu dengan perasaan yang ragu-ragu, dan sebelum kehila mengambil batu itu, ia melihat dulu burung yang masi ada diatas pohon itu. Kehila mengulurkan tangannya dan mengambil batu itu. setelah batu itu berada pada tangan Kehila, tiba-tiba saja kedua anak kembar itu merasakan sesuatu yang sangat kuat, sambil memandang satu sama lain, perasaan itu seolah-olah membuka sesuatu dari dalam hati mereka. Ketika mereka masih merasa aneh, burung itu mengeluarkan bunyi yang sangat keras yang tidak sesuai dengan bunyi burung gagak, sampai-sampai bunyi itu membuat telinga mereka kebisingan.
“apa yang sebenarnya terjadi, tapi batu ini terasa sangat sejuk, rasa hangatnya seperti terus kedalam hatiku.” Kata Kehila sambil memberikan batu itu kepada Hazor.
“ia rasanya sangat aneh….!!! Ini batu apa si ka’ dan burung apaan si itu…?” kata Hazor menanggapi perkataan kakaknya dengan perasaan yang masih penasaran.
“aku juga tidak tau…!!” jawab Kehila menanggapi pertanyaan adiknya
Sementara itu, di dapur, dalam rumah Kehila, ketika mendengar bunyi burung itu, Adonia merasakan keanehan yang tiba-tiba dan langsung memikirkan kedua anaknya; tetapi perasaan itu hanya sebentar dan saat itu dia kembali merasa tenang dan keluar untuk mencari anak-anaknya, sedangkan Asyer pada saat itu berada di kota untuk kembali bekerja dan orang tua Asyer telah kembali ke kota ke rumah mereka.
“Kehila…., Hazor….., sayang dimana kalian….??” Teriak Adonia sambil memanggil dan mencari anak-anaknya.
Mendengar panggilan ibunya, Kehila dan Hazor berjalan menuju kerumah mereka dan mengabaikan burung itu, tetapi kehila mengambil batu itu dan mengantonginya setelah mereka hampir masuk pintu, Kehila menoleh burung itu sejenak lalu masuk. Setelah malam tiba, Kehila mengambil batu yang dikantonginya tadi. setelah dia mengambilnya dan dia amati, batu itu sudah tidak memberikan respon lagi. Kehila mengguncang-guncang batu itu di tangannya berharap agar batu itu memberikan raspon seperti saat ia pertama kali menyentuhnya tadi, tapi batu itu tidak mengeluarkan keanehan-keanehan lagi.
“batu apaan si ini…., ko’ tidak seperti yang tadi ya, aneh sekali…!!” kata Kehila dalam hatinya sambil mengamat-amati batu itu.
“O… ternyata Cuman batu biasa ya, tapi ko’ tadi perasaanku aneh ya ketika pertama kali aku menyentunya…!!” sambung Kehila ketika ia masih penasaran..
Ketika Kehila masih memperhatikan batu itu, serta Adonia berada diruang tengah dan Hazor berada dalam kamarnya tertidur pulas, tiba-tiba saja terdengar sesuatu seperti gemuruh angin besar dari belakang rumah yang mengagetkan seisi rumah itu, Kehila dan Hazor langsung keluar dari kamar dan menuju keruang tegah dimana tempat ibunya berada.
“apa yang terjadi ma…?” tanya Kehila kepada ibunya dalam keadan kaget disertai dengan rasa takut.
“Ia…, itu suara apa ma…, aku takut…?” sambung Hazor sambil memeluk ibunya.
“mama juga tidak tau sayang…!!!” jawab Adonia kepada anak-anaknya dalam keadaan bingung dan sedikit rasa takut.
Dalam keadaan yang masih tegang, sesuatu terdengar dari balik pintu, Adonia dan kedua anaknya bertambah kaget dan takut setelah mendengar bunyi itu dan mereka tidak meberi respon serta mereka takut untuk mengeluarkan suara, tiba-tiba bunyi itu terdengar lagi, bunyi itu terdengar seperti bunyi ketukan pada daun pintu seolah-olah meminta untuk dibukakan pintu. Adonia memberanikan diri untuk pergi mendekati pintu, setelah dia melihat keluar melalui lubang kecil yang terpasang pada daun pintunya, Adonia merasa tenang dan langsung membuka pintu. Setelah dibuka Asyer masuk dan bingung melihat anak-anaknya serta menatap Adonia, istrinya, berharap memberikan jawaban.
“Ayah….!!!” Teriak kedua anaknya sambil lari dan memeluk ayahnya.
“Ayah, kami takut sekali…!!!” kata Hazor sambil memeluk dan menatap ayahnya.
“Hazor, kenapa kamu takut sayang…?” tanya Asyer kepada Hazor, anaknya, dalam keadaan yang masih bingung. “sayang.., apa sebenarnya yang terjadi…?” tambahnya sambil melihat istrinya berharap mendapatkan jawaban.
“tadi, beberapa menit sebelum kamu kembali, kami mendengarkan bunyi seperti bunyi gemuruh angin yang sangat besar dan itu terjadi hanya sesaat, dan itu membuat kami semuanya takut…” jawab Adonia sambil menjelaskan kejadian yang terjadi kepada suaminya.
Setelah percakapan itu, mereka semuanya kembali ke ruang tengah, tiba-tiba bunyi yang sama terdengar lagi dan bunyi itu terdengar lebih dekat dibanding dengan bunyi yang pertama tadi, peralatan-peralatan diatas meja mulai bergetar sedikit demi sedikit, hiasan-hiasan diatas lemari hias mulai berjatuhan, seisi rumah itu mulai panik dan saling berpegangan Asyer dan Adonia memeluk kedua anaknya, Kehila dan Hazor berteriak ketakutan sambil memeluk kedua orang tuanya sedangkan rumah mereka jauh dari rumah tetangga dan berjarak kurang lebih sekitar lima puluh meter. Teriakan-teriakan dari dalam rumah itu terdengar sangat kecil disertai dengan hujan yang sangat lebat, dedaunan berjatuhan tertiup oleh angin lebat. Asyer dan Adonia panik dengan keadaan itu, mereka tidak tahu harus berbuat apa dan berharap badai itu segera reda. Adonia pergi melihat ke luar melalui jendela berharap mengetahui apa yang terjadi diluar sana. Sesaat kemudian bunyi seperti bunyi gemuruh angin itu berlalu dari telinga mereka entah kemana, bunyinya berhenti tiab-tiba, angin dan hujan pun terdengar sangat kecil diluar rumah, Adonia masih berada di dekat jendela sambil melihat keluar.
“sayang…, apa yang terjadi diluar sana…?” tanya Asyer dalam keadaan bingung dan penasaran
“Hujannya masih turun rintik-rintik, diluar banyak dedaunan dan ranting-ranting kayu yang terjatuh berceceran karna di tiup oleh angin…” jawab Adonia sambil menjelaskan apa yang ia lihat diluar sana.
“Ayah apa yang terjadi…..!!!” kata Hazor yang ingin tahu dalam pelukan ayahnya di atas kursih.
Sedangkan Kehila terdiam sambil memikirkan batu itu, sesuatu menetes dari atas ketangan Kehila, setelah Kehila menoleh keatas jendela atap rumahnya, dia melihat burung yang dia lihat bersama Hazor pada siang hari tadi dibelakang rumahnya. Sesaat kemudian burung itu pergi dan menjauh dari pandangan Kehila. Kehila merasa burung itu menyampaikan sesuatu yang ia tidak mengerti. Tiba-tiba saja peralatan-peralatan yang ada diatas meja dan hiasan-hiasan dalam lemari hias yang berdidingkan kaca serta gambar-gambar yang terbingkai bagus didinding itu bergetar dan sebagian telah terjatuh dibawah lantai seolah-olah ada yang mengguncang rumah itu seperti gempa bumi kecil, sesaat kemudian sentakan bunyi keras seperti ombak lautan yang banyak menelan korban itu terdengar di dekat jendela ruang tengah dekat Adonia berdiri, tiba-tiba muncul lubang hitam misterius yang menyerupai asap hitam dan disertai dengan kabut yang berwarna keabu-abuan juga yang berbentuk lingkaran lonjong seperti telur ayam itu, lubang hitam itu menghisap semua yang ada didekatnya, Adonia yang takut dan bermaksud menjauh dari asap hitam itu dengan berlari menuju ke suami dan anak-anaknya tertahan dan tertarik oleh angin yang berasal dari dalam asap itu disertai dengan teriakan-teriakan rasa takut dari kedua anak-anaknya. Dengan sekuat tenaga, Adonia berusaha untuk menjauh agar tidak tertarik oleh asap itu dengan berpegangan pada tiang dapur yang ada dalam ruang keluarganya, namun angin dari asap itu menariknya semakin kuat. dengan maksud untuk menolong istrinya, Asyer loncat dari kursi dan berlari maraih tangan istrinya, namun lubang asap hitam itu semakin kuat menarik keduanya. Adonia yang tidak kuat memegang tangan suaminya yang berpegangan di tiang di sebelah tiang yang dia pegang. sedikit demi sedikit terlepas dari tangan suaminya, Adonia yang disertai dengan rasa takut dan tangisan, berusaha semakin kuat untuk memegang tangan suaminya berharap untuk tidak masuk kedalam benda aneh yang berbentuk asap hitam yang diselimuti oleh kabut yang berwarna abu-abu kehitaman itu, namun tarikan yang lebih kencang keluar dari dalam asap itu. Kedua anaknya yang berdiri dibalik dinding hanya bisa melihat dan menyaksikan orangtuanya yang hampir terhisap asap hitam itu disertai dengan rasa takut dan tangisan yang membuat mereka semakin takut ketika melihat setengah dari tubuh ibunya sudah berada dalam lubang hitam itu.
“Adonia, pegang kuat tanganku…?” teriak Asyer sambil memegang kuat tangan istrinya dan berusaha untuk menariknya keluar.
Ketika Asyer semakin berusaha untuk menarik kuat istrinya, lubang hitam itu menarik Adonia dengan kuat, sampai-sampai Asyer hampir ikut tertarik kedalamnya. Genggaman Adonia semakin melemah dan tiba-tiba tangan Adonia terlepas dari tangan Asyer, dengan rasa ketakutan yang sangat kuat, Adonia berhasil meraih jaket yang di pakai oleh Asyer. Semakin kuatnya lubang itu menarik Adonia, sehingga baju yang dia pegang itu tidak kuat untuk menahan tarikan Adonia dari Asyer sehingga lengan baju itu robek dari badan Asyer, namun asyer dengan lincah meraih dan memegang lengan baju yang masih berada di tangan Adonia itu, teriakan demi teriakan yang berusaha untuk meminta tolong dari dalam rumah itu tak terdengar oleh siapapun akibat hujan dan angin kencang juga dikarenakan oleh rumah mereka yang tidak terlalu dekat dengan rumah penduduk yang ada disekitar itu. Ketika Asyer masih berusaha untuk menarik istrinya keluar dari lubang hitam itu, tiba-tiba saja sepotong kayu yang ikut tertarik oleh lubang itu menabrak belakang Asyer dan membentur ke tangan Adonia sehingga genggaman mereka terlepas dari kain yang mereka pegang itu dan lubang hitam itu berhasil menarik Adonia kedalamnya dan tanpa disadari Asyer melepaskan gengamannya dari tiang kayu yang ia pegang dan bermaksud untuk dapat meraih istrinya untuk ditariknya keluar, namun asap hitam itu ikut menarik Asyer sedangkan kedua anak kembarnya hanya bisa menangis dan Hazor berlari bermaksud untuk menolong ayahnya tiba-tiba terhenti oleh tarikan Kehila yang menghalanginya karena takut, Hazor tertunduk serta menoleh lubang hitam itu dan berteriak sangat kencang, sedangkan Asyer tertarik sangat kuat oleh lubang itu, tiba-tiba saja lubang hitam misterius yang menyerupai asap hitam dan disertai dengan kabut yang berwarna keabu-abuan itu hilang dalam sekejap tampa bekas entah kemana. Sedangkan Asyer yang tadi kepala dan tangannya sudah berada didalam lubang itu terbentur sangat kuat ditembok asap hitam itu berada akibat lubang hitam itu hilang tiba-tiba secara misterius, dan kedua anaknya berlari menghampirinya berharap tidak terjadi sesuatu pada ayahnya.
Akibat dari benturan itu, kepala Asyer mengeluarkan banyak darah, hati Kehila langsung tersentak dan pergi mengambil sebuah telpon dan langsung menghubungi kakek dan neneknya yang berada di kota sambil menjelaskan sebagian kejadian itu. Tidak lama kemudian kakek dan neneknya datang dan langsung membawa Asyer ke rumah sakit. Dalam tengah perjalanan, diatas mobil kakeknya Hazor melihat neneknya sangat kuatir melihat keadaan ayahnya sambil memegang bagian luka pada kepala ayahnya, sedangkan Adonia berada didepan duduk disamping kakeknya yang masih sedih mengingat kejadian yang terjadi pada keluarganya, dalam keadaan mobil yang tidak terlalu terang karena memiliki lampu yang sedikit redup itumembuat Hazor terkejut ketika ia melihat asap putih yang halus seperti embun pagi yang keluar dari balik telapak tangan neneknya yang masih menempel di lukah ayahnya. Namun Hazor diam saja sampai mereka tiba di ruma sakit, setibanya dirumah sakit, suster langsung menjemput mereka. setelah ayahnya dibawah keruang unit gawat darurat, mereka semuanya menuggu diatas kursi yang telah disediakan oleh rumah sakit tapi Kehila di pojok dinding.
 tiba-tiba Hazor pidah tempat dan duduk disamping neneknya serta menoleh neneknya dan berkata; “ne’…,” dengan ragu-ragu dia mulai berbicara kepada neneknya, “ne’…, saya boleh tanya sesuatu tidak…!!!” tambahnya dalam keadaan yang ragu-ragu.
Dengan rasa penasaran dia menoleh cucunya dan berkata “ia…, ada apa sayang…”
“mm…, dalam perjalanan tadi…, saya melihat tangan nene’ yang memegang luka ayah mengeluarkan asap. Meskipun asapnya halus tidak tebal…!!!” kata Hazor dengan rasa terpaksa dan takut mengatakan yang ia lihat tadi.
Dalam keadaan yang masih sedih, nenek Hazor menoleh kakek Hazor, seolah-olah menyimpan suatu rahasia dan berkata kepada Hazor; “sayang…, kamu tidak usah pikir itu dulu ya…, kita harus pikirkan keadaan ayah kamu dulu ya…,” jawabnya dengan lembut kepada cucunya.
Dengan menyesal Hazor mengangguk dan mendengarkan kata neneknya, kemudian neneknya berdiri dan mendekat ke Kehila untuk menghiburnya atas kejadian yang terjadi, kemudian mereka duduk bersama-sama. sambil menunggu dokter yang memerikasa ayah Kehila, nenek Kehila menanyakan kejadian yang telah terjadi dalam rumah Kehila, kemudian Kehila dan Hazor menceritakan semua kejadian-kejadiannya yang telah terjadi. Mendengar cerita dari kedua cucunya, orang tua Asyer merasa heran dan mereka seolah-olah sulit untuk mempercayainya. tidak lama kemudian dokter keluar dari ruangan tempat ayah Kehila dan Hazor tadi dimasukkan dan dengan keadaan wajah yang membuat keluarga Asyer bertnya-tanya, semuanya beranjak dari tempat duduk mereka dan langsung menghampiri dokter itu serta bertanya tentang keadaan Asyer. Mendengar pertanyaan yang diajukan ibu Asyer, dokter itu terdiam sejenak
 Setelah melihat keluarga Asyer yang dipenuhi dengan kesedihan, dokter itu melihat ayah Aser dan berkata; “bapak ayah Asyer ya…?, Asyer sangat banyak mengeluarkan darah dan…, dengan rasa menyesal saya harus mengatakan bahwa nyawa saudara Asyer tidak bisa tertolong lagi…”
Mendengar perkataan dokter, ibu Asyer dan kedua cucunya tidak bisa membendung air mata mereka, terutama kedua anaknya yang harus melihat kejadian-kejadian tragis yang menimpa kedua orang tuanya. dalam keadaan yang masih sedih meskipun matahari sudah mulai muncul, ayah Asyer pergi untuk bertemu dengan dokter meminta supaya pihak rumah sakit mengantarkan tubuh Asyer ke rumah mereka untuk segera di kuburkan, sementara itu ibunya tinggal untuk menjaga kedua anaknya yang masi tidur karena kelelahan.
Tidak lama kemudian setelah Asyer dimasukkan kedalam Peti, mereka berangkat ke pemakaman untuk menguburkan jasad Asyer. Setelah mereka tiba di pemakaman, tiba-tiba mata Kehila tertuju ke salah satu kuburan yang ada disitu, matanya melihat burung yang sering mendatanginya, burung itu bertengker diatas ujung salib berwarna putih di kuburan yang ia sementara lihat. Setelah peti Asyer dimasukkan ke dalam lubang kubur, tiba-tiba tangan Asyer, sedikit demi sedkit terlihat jadi transparan kemudian hilang dan diikuti oleh bagian tubuh Asyer yang lain setelah itu pakaian yang ia pakai menipis seperti balon udara yang bocor dan kempes sedikit demi sedikit. Dan tidak ada orang yang mengetahui bahwa Asyer sudah tidak ada dalam peti itu. Para petugas kuburan merasakan peti Asyer lebih ringan dari sebelumnya ketika mereka memasukkannya ke lubang kubur.
Setelah beberapa hari dari kejadian itu, Kehila selalu melamun sendirian, sedangkan Hazor berusaha untuk melupakan kejadian-kejadian yang melimpah mereka dengan selalu sibuk membantu neneknya. tiba-tiba Kehila berdiri dan meminta neneknya agar mereka tinggal di rumah Kehila yang ada di pinggir kota. Melihat keadaan cucunya yang terus mendesaknya, kakek dan neneknya saling melihat dan mangabulkan permintaan cucunya. Sebelum mereka pindah kesana, kakek Hazor dan Kehila terlebih dahulu pergi untuk memperbaiki kerusakan yang dalam rumah itu, sedangkan Hazor dan Kehila sibuk mengumpulkan barang-barang yang akan mereka bawa. Setelah mereka selesai berkemas, mereka menyusul kakek mereka yang berangkat lebih dulu. Perjalanan dari kota ke desa dimana mereka akan tuju membutuhkan waktu selama dua setengah jam. Setelah mereka tiba disana, Kehila dan Hazor menurunkan barang-barang mereka dan segera memasukkannya kedalam kamar mereka masing-masing, mereka melihat rumah itu tidak berubah sama sekali. selain itu, kerusakan yang diakibatkan oleh bencana itu telah diperbaiki oleh kakek mereka.
BAB 2
Beberapa hari setelah mereka tinggal dirumah mereka, Kehila dan Hazor bermain seperti biasanya, meskipun kejadian-kejadian yang menimpa mereka sempat membuat kedua anak kembar itu trauma. tetapi mereka selalu mendengarkan nasehat dan bimbingan dari kakek dan nenek mereka, agar mereka tetap tegar menjalani hidup yang mereka masih miliki. Keesokan harinya setelah pulang dari sekolah Kehila dan Hazor berlari menuju kerumah mereka dengan wajah yang terlihat sangat senang, mereka berlari menuju kedapur dan memberitahukan kepada nenek mereka bahwa mulai besok mereka tidak pergi ke sekolah karena sekolah telah meliburkan siswanya untuk liburan panas. Mendengar perkataan cucunya, ibu Asyer yang masih memegang pisau dan bawang terlihat ikut senang dan tersenyum kepada kedua cucunya, karena itulah pertama kalinya dia melihat kedua cucunya terlihat gembira setelah orang tuanya tidak ada. Tidak lama setelah itu, ayah Asyer masuk dengan membawa beberapa potong kayu bakar, tiba-tiba saja Hazor pergi menghampiri kakeknya dan berkata;
“kakek, mulai besok saya liburan, kakek kita pergi memancing ya….?” Kata Hazor yang terlihat manja.
Dengan perasaan senang ayah Asyer menatap mata cucunya, katanya; “iya…, itu berarti kita sibuk selama kamu liburan dan selama kamu masih suka untuk memancing.”
“dan aku akan membantu nenek untuk masak hasil pancingan kalian…” sambung Kehila yang ingin terlihat tidak mau kalah dari Hazor.
Mendengar perkataan Kehila, mereka semua tertawa, dalam suasana yang masih senang nenek anak kembar itu berkata; “Iya, tapi kalian juga jangan lupa untuk selalu belajar…, dan sekarang kalian pergi menyimpan tas kalian lalu makan.
“baik nek….” Jawab Kehila dan Hazor secara serentak
Melihat kedua cucunya yang sangat senang menyambut liburan musim panas mereka, ayah dan ibu Asyer saling menoleh sambil tersenyum dan ikut bahagia melihat cucunya bersemangat lagi selama kejadian yang pernah menimpa mereka. Keesokan harinya, Hazor terlihat sibuk sendiri didalam gudang yang ada dibelakang rumahnya untuk menyiapkan semua perlengkapan alat pacingnya. sementara itu, Kehila sibuk didapur bersama neneknya menyiapkan sarapan dan bekal untuk Hazor dan kakeknya. setelah selesai menyiapkan semua perlengkapannya dan menaikannya ke mobil milik kakeknya, dengan tidak sabar Hazor pergi memanggil kakeknya untuk segera berangkat. Karena tidak saba lagi, Hazor berlari kemobil yang sedang ditunggu oleh kakeknya.
“apa kau sudah membawa semuanya…?” tanya kakeknya yang siap menyetir
Sedangkan Hazor mengangguk menjawab pertanyaan kakeknya, tiba-tiba terdengar suara menyebut nama Hazor, seperti suara paggilan yang terdengar jelas ditelinga anak itu. Hazor yang kebingungan saat itu tiba-tiba dikejutkan oleh Kehila yang membawa bekal makan siang mereka yang ketinggalan. Hazor mengambil bekal tersebut melalui jendela mobil setelah itu mereka berangkat.
“jagan lupa bawa ikan yang banyak…” teriak Kehila
Setelah tibah di danau yang mereka tuju, mereka segera mengeluarkan perlengkapan mereka dan mulai memancing. Tidak lama setelah Hazor mengulukan mata pancingnya kedalam danau, sesuatu yang kuat menarik tali pancing itu, setelah ditarik, rauk wajah Hazor terlihat gambira, dia mendapatkan ikan hasil pancinganya yang pertama, namun kegembiaraan itu berubah menjadi ketakutan ketika ia ingin melepaskan mata pancingannya dari dalam mulut ikan itu, Sebelum anak itu melepaskan mata pancingnya, ia berteriak dan melemparkan ikan itu dengan perasaan yang sangat takut. ia melihat ikan itu tidak seperti ikan yang perah ia lihat sebelumnya, ikan itu memiliki tanduk di atas langit-langit dalam mulutnya. Mendengar teriakan cucunya, Ayah Asyer langsung berlari menuju ketempat cucunya berada, ia mendapatkannya dan memeluk cucunya yang masih dalam ketakutan, lalu Ayah Asyer menenangkannya dan menanyakan apa yang terjadi pada anak itu, namun Hazor hanya diam dan menunjuk ke ikan yang ia tagkap. tanpa banyak bertanya, kakek anak itu langsung mengambil ikan yang membuat cucunya ketakutan, setelah ikan itu dipegang oleh ayah Asyer, anak itu langsung mengatakan semuanya dan menyuru kakeknya agar berhati-hati dengan ikan yang mirip ikan piranha namun lebih besar dari telapak tangan orang dewasa itu. Setelah dia amati, tanduk ikan itu melengkung dari dalam dan sebesar ibu jari orang dewasa. Ayah Asyer terlihat sangat heran namun ia berusaha menenangkan cucunya dengan berkata bahwa ikan itu memang banyak terdapat di daerah itu, meskipun ia sendiri baru pertama kali melihatnya. Setelah itu, anak itu terlihat tenang kembali dan mereka melanjutkan untuk memancing kembali. Matahari tepat berada diatas kepala mereka, dengan perut yang kelapran, Hazor melepaskan pancingnya dan memanggil kakeknya untuk makan siang. dengan hati yang masih bingung dan penasaran dengan kejadian tadi, kakek anak itu melepaskan pancingnya dan pergi menemani cucunya untuk makan siang, meskipun mereka belum mendapatkan tangkapan selain ikan yang bertaduk tadi.
Siang itu, diluar rumah, Kehila sedang sibuk bermain sendirian dibelakang rumahnya. sedang asik bermain-main, ia mengambil kayu untuk mengambil buah diatas pohon yang ada disampingnya, namun ketika ia ingin meraih buah itu dengan menggunakan batuan kayu, tiba-tiba kayu itu terjatuh dari tanganya karena kaget, ia melihat burung yang sering melihatnya, burung itu kelihatan sudah lama diatas pohon besar dan terlihat sedang mengawasi Kehila dari tadi, namun keluguan anak itu tidak membuatnya takut sama sekali, ia malah heran dan mengamati burung itu yang selalu mengintainya setelah itu mengabaikannya. Setelah burung itu pergi, Kehilapun masuk kedalam rumahnya dan langsung menuju ke kamarnya yang berada di atas lantai dua untuk tidur siang. langkah kaki anak itu terhenti ketika ia baru ingin memijatkan langkah yang keduanya setelah ia membuka pintu, namun secara tidak sengaja matanya tertuju ke dalam kolong tempat tidurnya, pada kolong tempat tidur yang terlihat sedikit gelap, sesuatu terlihat beda yang membuat anak itu makin penasaran dengan apa yang ia lihat didalamnya, dengan perasaan yang sedikit takut, Kehila lebih mendekat untuk melihat benda itu lebih jelas lagi, anak itu menunduk dan tanganya ingin meraih benda itu, tiba-tiba anak itu terlihat heran ketika benda yang ia ambil itu adalah batu yang pernah dilepaskan oleh burung putih kearahnya. Batu itu ia lemparkan saja ketika dia keluar dan lari mencari orang tuanya karena dikagetkan oleh bunyi aneh yang pernah ia dengar, setelah itu kehila tidak pernah mengingatnya lagi, namun kali ini kehila mengambil dan mengamat-amati batu itu hanya sesaat lalu dia menyimpannya didalam toples kecil kosong yang terdapat disamping lampu duduk diatas meja belajarnya.
Tidak lama setelah Kehila bangun tidur, suara mobil terdengar dari halaman didepan rumahmya. mendengar suara mobil itu, Kehila langsung lari membuka pintu dan langsung menghampiri kakeknya serta mencari keranjang dan berharap mendapatkan ikan didalamnya. Setelah melihat keranjang itu, Kehila langsung mengambilnya dari tangan Hazor dan membawanya masuk. meskipun masih merasa letih, karena senangnya Hazor pun mengejar kakaknya untuk melihat hasil pancingannya. Setelah tiba di dapur, Kehila memberikan keranjang itu kepada neneknya agar mengeluarkan ikan-ikan yang ada didalamnya untuk dibersihkan. Setelah mengeluarkan ikan-ikan itu dari keranjang, tangan Kehila tergerak untuk mengambilnya namun terhenti ketikan melihat sebagian dari ikan-ikan itu marih hidup dan takut tertusuk oleh sirip ikan itu. karena melihat sebagian dari ikan-ikan itu masih hidup, dahi Hazor langsung mengkerut dan terlihat heran ketika melihat ikan yang pertama ia tangkap masih hidup dan masih bergerak-gerak berusaha mencari air. Tanpa menyadari hal itu, tangan ibu Asyer, nenek Kehila dan Hazor, terarah ke ikan yang membuat Hazor tercengan itu bermaksud untuk mematikannya setelah ikan-ikan yang lain selesai ia matikan. Namun Hazor berteriak dan melarang neneknya memegang ikan tersebut karena hanya ikan tersebut yang beda dari yang lainnya dan terlihat masih segar setelah seharian tidak berada dalam air, mendengar teriakan larangan Hazor, Kehila dan neneknya terlihat heran, namun setelah kakeknya muncul dari pintu dapur, dia menjelaskan semuanya dan menyarankan Hazor agar ikan itu dipelihara saja. Meskipun sedikit takut, Hazor sangat senang dan segera mengambil ikan tersebut lalu memasukkannya kedalam akuarium bekas yang pernah juga dipakai untuk memelihara ikan hias namun setelah orang tua anak kembar itu tiada, akuarium itupun tidak terpakai lagi.
Melihat kedua cucunya sangat senang pada saat makan malam, ayah dan ibu Asyer tersenyum sambil mengamati kedua cucunya menikmati ikan hasil jeripayah Hazor dan kakeknya. Sehabis makan Kehila megambil batu yang ada di kantong bajunya dan memperlihatkannya ke kakek dan neneknya serta menanyakan batu apa itu, melihat batu itu, neneknya mengambil dan mengamati keunikan dari batu tersebut dan Hazor pun terlihat sangat heran setelah melihat batu tersebut.
“loh kak…, batu itu kok masih ada…!!!” tanya Hazor
“iya…, tadi ketika saya mau idur siang, saya melihatnya di bawah kolong tempat tidur…” jawab Kehila sambil menjelaskannya.
Mendengar pertanyaan cucunya, nenek anak kembar itu menjadi heran dan menanyakan dari mana mereka mendapatkan batu tersebut. Mendengar pertanyaan neneknya, Kehila memberitahu dari mana asal batu tersebut serta menceritakan semua mengenai burung putih yang selalu ia lihat. Setelah mendengar cerita dari cucunya, kedua orangtua Asyer saling menoleh dan terlihat diam seolah-olah ada sesuatu yang membuat mereka tidak bisa untuk mengatakan sesuatu. Kesunyian mendiami rumah itu, tidak terdengar satu katapun dari mereka meskipun piring-piring kotor masih menghiasi meja makan, diluar bulan begitu terang memancarkan sinarnya meskipun sesekali tertutup oleh awan dan yang terdengar hanyalah suara jangkrik yang keluar mencari makan, tiba-tiba nenek anak kembar itu berdiri dan membereskan piring-piring kotor yang berada diatas meja. Sambil membereskan meja tersebut, ibu Asyer berusaha membuat cucunya agar tidak terlalu memikirkan batu dan burung putih tersebut serta mengatakan bahwa kejadian tesebut hanyalah kejadian yang kebetulah saja. Namun didalam hati kedua anak kembar itu masih sangat penasaran dengan batu dan burung putih tersebut.
Malam yang sungguh melelahkan bagi Hazor, itu pertama kalinya pergi memancing bersama kakeknya, dia kemudian beranjak dari tempat duduknya dan disusul oleh Kehila. Mereka pergi menuju keruang tengah, Hazor menyalakan TV dan mencari film kesukaannya, meskipun sudah beberapakali mengganti syarannya, anak itu tetap tidak mendapat film yang dia sukai, kemudia dia pergi ketempat tidurnya untuk beristirahat setelah seharian memancing. Sedangkan Kehila tetap berdiam di tempat duduknya tanpa melakukan sesuatu. Kehila kemudian mengambil batu itu di meja makan, lalu membawanya ke kamarnya.
Keesokan harinya setelah sarapan pagi, Ayah Asyer memanggil Hazor untuk pergi memancing, namun Hazor tidak mau lagi untuk pergi setelah kejadian yang ia alami kemari. Meskipun demikian, Ayah Asyer tidak memaksa cucunya untuk pergi lagi dan mengerjakan aktivitas yang ia kerjakan setiap harinya.
“kalau begitu, kamu jangan pergi bermain terlalu jauh ya…!!!” kata kakeknya sambil menasehati cucunya.
“ia ke’, saya cuman main dibelakang rumah aja…” jawab Hazor
“Hazor…, coba kamu kemari…” teriak Kehila sambil memanggil adiknya
“ia…, tunggu sebentar.” jawab Hazor
“Hazor pergi sama kaka’ dulu ya ke’…” sambung Hazor meminta pamit kepada kakeknya.
“ia, tapi ingat pesan kakek ya…” kata ayah Hazor sambil mengingatkan cucunya tentang nasehat yang dikataknya tadi.
Hazor kemudian segera pergi menuju ke kakaknya yang berada dibelakang rumah setelah mendengar perkataan kakeknya.
“ia, ada apa ka’...” tanya Hazor setelah.
“coba kamu lihat burung itu…” jawa Kehila sambil menunjukkan burung putih yang berada diatas pohon.
“ia… tapi apanya yang beda…” Hazor mengamati burung tersebut.
“coba kamu lihat ini, dia juga membawanya.” Sambil mengeluarkan batu dari kantong bajunya, Kehila juga memperlihatkan batu yang sama yang berada di paruh burung itu.
“saya yakin burung itu ingin memperlihatkan sesuatu kepada kita dengan batu itu.” Sambung Kehila sambil meyakinkan adiknya.
“terus, kita haru gimana ka’.” Kata Hazor.
“aku juga tidak tau.” Dengan mimik wajah yang kebingungan harus berbuat apa, Kehila menjawab adiknya.
Kedua anak itu berdiam diri tidak tahu harus berbuat apa. Dalam suasana yang masih kebingungan, tiba-tiba burung itu beranjak dari tempatnya.
Tanpa berpikir panjang Kehila mengatakan sesuatu kepada adiknya, katanya; “kita harus mengikuti burung putih itu…!”
“tapi ka’.” Kata Hazor dengan sedikit perasaan takut
“tadi kakek bilang klo kita tidak boleh pergi bermain terlalu jauh dari rumah…” sambung Hazor sambil memperingati kakaknya.
“kita kan tidak pergi jauh, nanti kita pulang lagi.” Kata Kehila sambil membujuk adiknya
“aka tidak ikut ah…, nanti kakek marah.” Hazor mengingat pesan dari kakeknya
Melihat adikya yang bersikeras untuk tidak ikut dan mendengar nasehat kakek mereka, Kehilapun tidak jadi untuk mengikuti burung tersebut. Meskipun dalam hati kehila sangat ingin untuk mengikuti burung itu karena masih penasaran, Kehila tidak mau mengambil resiko untuk tetap melanggar larangan kakeknya. Setelah anak kembar tersebut melupakan kejadian tadi, mereka melakukan aktivtas mereka seperti biasanya, bermain dan bercanda. Tidak lama setelah itu, suara panggilan terdengar dari dalam ruang dapur, mereka dipanggil untuk makan siang. Namun setelah Kehila melangkah masuk pintu, suara burung gagak putih itu terdengar sangat jelas ditelinga anak sulung itu. Meskipun Hazor mendengarnya, dia terhenti sejenak lalu masuk ke dapur disusul oleh Kehila yang bertambah penasaran dengan batu yang ada didalam kantong bajunya dan yang dia lihat pada paruh burung putih.
Melihat cucunya yang sedikit gelisah pada saat makan siang tadi, ibu Asyer menoleh ke ayah Asyer dan terlihat sangat prihatin melihat cucunya yang selalu memikirkan batu itu.
“sebenarnya batu itu…” dengan hati yang ingin membuat cucunya untuk tidak memikirkan batu tersebut, ibu Asyer ingin menjelaskan batu itu.
Mendengar perkataan neneknya, Kehila dan Hazor langsung memperhatikan neneknya
“sebenarnya batu itu hanyalah batu biasa yang dibawah oleh burung gagak putih itu, mungkin dipakai untuk membuat sarang.” Tambahnya
“nah kan…. saya bilang juga apa… tu kan cuman batu biasa…” Hazor langsung bangun dari kursinya berbicara dan sedikit meledek kakaknya.
Melihat Hazor yang bersemangat, kakek dan neneknya menyambutnya dengan senyuman. Namun Kehila tetap terlihat diam.
“tapi ne’…,” Kehila berbiara dan terlihat ingin membela dirinya.
“tadi burung itu membawa batu seperti ini lagi…” kata Kehila yang berusaha membuat orang agar tetap yakin bahwa burung itu ingin menyampaikan sesuatu kepadanya.
“Kehila…, kalau kamu selalu memikirkan hal tersebut, itu akan membuat pikiran kamu menjadi terganggu” Sambung kakek Kehila untuk membuat cucunya agar tidak memikirkn hal yang akan membuatnya terganggu.
Mendengar perkataan kakeknya, Kehila sadar kalau hal tersebut hanya akan menjadi beban pikirannya. Pada saat malam tiba, Kehila tidak bisa tidur memikirkan apa yang dikatakan oleh kakek dan neneknya dan selalu terbayang-bayang dalam pikirannya, meskipun malam sudah begitu larut, Kehila malah mengambil batu tersebut dan sesekali mengamat-amatinya. jam diatas meja sudah menunjukkan pukul dua lewat tigapuluh tujuh menit, nyala lampu dalam kamar kehila tidak terlalu terang sehingga membuat ruangan itu terlihat sangat teduh, ditambah dengan heningnya malam, kain jendela Kehila sengaja ia belum tutup dan cahaya bulan sesekali memasuki kamar itu jika bulan tidak tertutup oleh awan. tidak ada suara yang terdengar dari dalam ruangan itu. Mata anak kembar itu kini terlihat letih, wajahnya menunjukkan wajah yang sedikit mengantuk, Kehila kemudian bangun dari tempat tidurnya dan ingin menutup kain jendela kamarnya. setelah menarik kain tersebut, tangannya menahan setelah jendelanya setengah tertutup, ia terus memandang keluar jendela. Wajah yang tadinya terlihat letih karena mengantuk kini berubah menjadi mimik wajah yang kaget dan takut, bulu tangannya yang sangat halus, terangkat sedikit demi sedikit, menjadikan seluruh tubuh anak itu merinding ketakutan. sesuatu dibelakang rumahnya membuatnya sedikit ketakutan namun dia terus memandanginya, sebuah cahaya bersinar terlihat lembut dan halus berwarna putih sedikit kemerahan terlihat sedikit jauh dari belakang rumahnya, jantung anak sulung itu berdebar lebih keras dari yang biasanya karena ketakutan, namun anak itu terus memandang kearah cahaya tersebut, sinar yang terlihat dari dalam hutan itu kini mulai padam sedikit demi sedikit, namun kehila terus memandangnya sampai cahaya tersebut benar-benar tidak terlihat sama sekali dan digantikan oleh cahaya bulan yang hanya bersinar melalui lubang-lubang awan yang lewat.
Kehila kemudian cepat-cepat menarik kain jendelanya yang sempat terhenti, lalu segera lari ketempat tidurnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut yang tebal, meskipun sesekali anak itu munurunkan selimutnya dari atas kepalanya untuk mengecek sesuatu, setelah itu langsung menariknya untuk menutupinya kembali. 

2 comments:

  1. Bagus..
    Tapi ada yg penyampaiannya kurang jelas, misalnya tentang ibunya Kehila n Hazor sebelum ayah mereka meninggal...
    Meski gitu sebenarnya juga ga pengaruh2 amet sih ke keseluruhan ceritanya, hehehe...
    Keep up the good story, GBU ^^

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung... TYM