Kesejukan terlihat dari dalam hutan tropis
disebuah pinggiran kota. Hutan-hutan itu terlihat sangat
sempurna, dilengkapi dengan pohon-pohon besar yang rindang serta
diselingi oleh pohon-pohon cemara yang berdaun tipis itu. Terangnya
surya menyinari cela-cela dedaunan membuat hutan itu semakin indah
untuk dinikmati, membuat pikiran kita serasa terlepas dari semua
masalah-masalah yang ada untuk saat itu.
Dua setengah jam perjalanan dari kota, terdapat beberapa rumah yang jaraknya berjauhan sekitar seratus meter. Sepihnya daerah tersebut membuat tempat itu sangat hening ditambah dengan suara percikan air yang berasal dari sungai kecil dalam hutan itu. Sepuluh meter dari sungai tersebut terlihat sebuah rumah sederhana yang dikelilingi oleh rindangnya pohon-pohon yang tersusun rapi diujung jalan.
Satu keluarga yang baru menikah memilih untuk tinggal dalam rumah tersebut. Rumah yang jauh dari keramaian dan kotornya udara perkotaan akibat polusi. Seorang laki-laki yang bernama Asyer Gosyen dengan istrinya Adonia Zur. Asyer Gosyen merupakan keturunan dari keluarga yang sederhana namun menyelamatkan banyak jiwa melalui penyembuhannya, ibu Asyer adalah seseorang yang bisa menyembuhkan penyakit melaui obat-obatan yang dia tanam diladangnya. Ibu Asyer adalah seorang tabit sang penyembuh. Sedangkan Adonia tidak pernah mengatakan dia berasal dari keluarga mana. Setelah menikah mereka memilih untuk tinggal di pinggir kota, mereka tinggal disebuah rumah yang sejuk dan segar dimana disekitar rumah itu dikelilingi oleh pohon-pohon yang besar dan rimbun.
lalu pada tahun penuaian ladang orang tua Asyer pada bulan dua belas, sehari sebelum hari Natal tiba, wanita itu melahirkan sepasang anak kembar yang manis rupanya. Kelahiran kedua anak itu membuat ayahnya merasa heran karena disekeliling rumahnya didatangi hewan-hewan yang tidak perna kelihatan selama mereka tinggal di tempat itu. Diatas pohon-pohon disekitar rumahnya burung-burung beterbangan kesana kemari seolah-olah menandakan bahwa itu adalah peliharaan mereka, sedangkan diatas sana awan berwarna abu-abu kehitaman menyelimuti langit yang berbentuk lingkaran seakan-akan ingin melindungi rumah itu dari sesuatu. Setelah lahir, kedua anak itu diberi nama Kehila Qwin karena ia seorang perempuan dan yang lebih dahulu keluar dari rahim ibunya, sedangkan Hazor Qwin seorang anak laki-laki dan dia yang terakhir keluar dari rahim ibunya. Asyer bertambah heran ketika melihat tanda lahir yang berbeda pada kedua anaknya, tanda lahir pada tangan kanan dibawah jari Jempol anak sulungnya yaitu Kehila Qwin berbentuk seperti gambar daun sedangkan tanda lahir pada anak bungsunya yaitu Hazor Qwin yang berada pada lengan kanan dibawah pundaknya menyerupai gambar api.
Hari demi hari mereka bertambah besar. Ayah mereka sering keluar kota untuk bekerja. Pada umur tujuh tahun, hari ulang tahun anak kembar itu dirayakan pada malam Natal. Perayaan Ulang tahun mereka dihadiri oleh kakek dan nenek (orang tua dari Asyer Gosyen) serta teman-teman sekelas mereka. Setelah selesai pesta Kehila mendekati jendela dan ingin melihat salju bulat kecil yang turun secara perlaha-lahan. tiba-tiba ia melihat makhluk aneh bersandar diatas pohon yang ada di depan jendela rumahnya yang terdapat dekat tangga lantai dua rumah itu, ia melihat sosok berbulu tebal, halus dan lembut seperti sekumpulan salju putih yang memantulkan cahaya kecil. makhluk itu mengarahkan kepalanya kepada anak itu, dan setelah dia amati ternyata makhluk itu adalah sebuah burung GAGAK PUTIH yang bersandar diatas pohon dan sedang membawah sesuatu pada paruhnya, ia melihat ada sebuah benda pada paruh burung itu yang seakakan-akan ingin menunjukan sesuatu pada Kehila. Setelah diamati burung itu sedang menggigit sebuah batu yang berwarna seperti sebuah pelangi dan kelihatan bercahaya yang halus. anak perempuan itu menatap burung gagak itu dari jendela dan terlihat heran serta berkata “mana munkin ada seekor burung gagak yang berwarna putih yang paruhnya seperti paruh burung elang.”
Burung gagak itu melebarkan sayapnya dan mengerak-gerakkan tubuhnya untuk melepaskan salju-salju yang menempel dibadannya. Setelah selesai burung itu mengepakkan sayapnya lalu pergi. Setelah burung itu pergi, datanglah sekumpulan besar burung-brung dan beterbangan disekitar rumah mereka,dari berbagai jenis burung-burung itu terbang diatas atap rumah itu seperti terlihat membentuk lingkaran dan nampaklah juga segerombolah binatang-binatang yang belum perna mucul sebelumnya pada rumah mereka dan menatap ke gadis kecil itu. Gadis kecil itu heran melihat hewan-hewan yang aneh-aneh itu. Seperti beruang yang mulutnya dan telapak kakinya terlihat seperti paruh dan telapa kaki pada bebek, burung unta yang paruhnya seperti burung elang dan ekornya seperti burung merak, anjing yang memiliki bulu yang lebat dan memiliki satu tanduk pada kepalanya, gajah yang bertanduk dan ekornya seperti ekor kuda panjang dan berbulu, dan masih banyak lagi keanehan-keanehan yang terlihat pada hewan-hewan itu.
Suara binatang-binatang dan bunyi-bunyian burung-burung di udara membuat seisi rumah itu melihat ke luar lewat jendela. Setelah mereka melihatnya, mereka tampak heran. Asyer Gosyen tampak sangat heran melihat semuanya itu, dia heran dan mengingat semuanya seperti pada saat anak kembarnya baru lahir. Tapi dia tidak perduli hal itu, dia hanya melihat dan mengagumi binatang-binatang itu karena banyaknya. Tidak lama kemudian binatang-binatang itu pergi dan menjauh dari ruma itu, mereka pergi masuk hutan dan entah mau kemana. Semua orang yang ada dalam rumah itu terlihat heran sambil memperhatikan binatang-binatang itu kembali ke hutan.
Setelah kejadian itu, Asyer dan istrinya serta kedua orang tuanya kembali ke ruang tengah, mengobrol soal kejadian itu sambil menunggu hari Natal tiba, tetapi kedua anaknya menuju ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.
Semuanya terdiam sejenak, tiba – tiba dengan muka yang serius dan terlihat heran ayah Asyer menanyakan soal hewan – hewan itu. “darimana asal binatang – binatang itu...?” sedangkan Adonia dan ibu Asyer hanya bisa terdiam dan memperhatikan Ayah Asyer berbicara….
Mendengarkan pertanyaan ayahnya, Asyer berbicara menanggapi pertanyaan itu sambil mengingat kembali kejadian-kejadian yang terjadi saat anaknya baru lahir. “ya… aku juga heran darimana asal mereka, hewan-hewan itu juga datang saat Kehila dan Hazor lahir, saat mereka baru pertama kalinya mengeluarkan suara tangisan,tetapi ketika hewan – hewan itu datang mereka langsung berhenti menangis. Tidak lama kemudian mereka berdua tertawa seolah – olah ada yang menemani mereka bermain.”
Dengan mengingat kejadian-kejadian aneh yang terjadi pada keduan anak-anaknya, Adonia, orang tua Kehila dan Azor juga menanggapi pertanyaan mertuanya ketika mendengar Asyer selesai berbicara. “bahkan pada umur satu tahun, saya sering melihat Hazor tiba-tiba bermain didekat pohon besar yang ada di sekitar rumah, dan lebih anehnya lagi saya sering melihat. Kehila bermain dengan beberapa hewan – hewan yang berbentuk aneh. seperti Koala yang memiliki telinga seperti telinga gaja tapi memiliki bulu yang terlihat halus, tupai yang memiliki telinga seperti telinga kelinci dan diujung telinganya terbentuk runcing dan bengkok ke belakang, dan berbagai macam burung – burung yang catik – cantik dan lucu – lucu. Tapi setelah mereka berumur dua tahun, saya tidak pernah melihatnya lagi.”
Setelah mendengar kejadian – kejadian yang pernah terjadi pada kedua cucu – cucunya, berbicaralah Ibu Asyer, “apakah itu benar-benar terjadi…?; karna tidak masuk akal, mana munkin ada binatang-binatang yang seperti itu didunia yang nyata seperti ini.”
“Itu munkin saja seperti yang sudah dikatakan Adonia karna dia sendiri juga yang telah melihatnya langsung, bukankah tadi kita juga melihtanya secara langsung karna munkin mereka berasal dari tempat lain…!” jawab ayah Asyer.
“iya, Itu munkin karena aku tidak melihat semunya tadi karena mereka keburu untuk pergi, jadi aku agak tidak percaya. dan yang pentingnya lagi, semoga itu tidak berdampak buruk pada sikembar nantinya. Sudahlah kita lupakan semua kejadian malam ini dan mari kita semuanya pergi untuk beristirahat, bukanka ini malam Natal…!” kata ibu Asyer dengan tubuh yang terlihat letih dan beranjak dari kursinya.
Setelah mereka selesai bergumul dalam ruang tengah, dan mempertanyakan semua kejadian itu, mereka semuanya beranjak dari kursi mereka dan menuju ke kamar tidur mereka masing-masing. Sementara itu dalam kamar Asyer dan Adonia, Adonia masih terpikir hal-hal mengenai kedua anak kembarnya.
Dengan penuh rasa ingin tahu, dan dengan nada suara yang lembut Adonia bertanya kepada suaminya: “sayang, kenapa kamu tidak memberitahukan tentang keanehan yang terjadi saat Kehila dan Hazor lahir…?”
“sayang, aku tidak memberitahukannya kepadamu karna aku rasa itu akan membuat kamu merasa terganggu dan tidak tenang nantinya, Nanti kamu akan selalu memikirkannya dan saya takut itu akan membuat kesehatanmu dan bayi kita terganggu. Lagian aku rasa kejadian pada saat itu hanyalah kejadian alam… sudahla itu jangan dibahas lagi, ini sudah larut malam mari kita tidur.” Jawab Asyer kepada istrinya dengan badan yang letih.
“ya, sudahlah. Pulihkan tenaga kamu ya.., karna besok adalah hari yang penuh dengan sukacita, hari yang penuh dengan kegembiraan.” Setelah percakapan itu, mereka berdua memulihkan tenaga mereka dari aktivitas seharian dengan tidur.
Malam telah berlalu dan hari baru telah tiba. pada pukul enam waktu setempat, terdengar suara yang keras dari tangga menuju ke ruang keluarga menyerukan bahwa hari Natal telah tiba dengan maksud untuk membangunkan semua orang yang masih tertidur. Itulah Hazor yang berlari dari kamarnya yang berada di lantai dua rumah itu dan menuju ke pohon Natal yang ada dekat jendela dalam ruang keluarga rumahnya, dengan hati yang senang gembira ia mengambil sebuah bungkusan kado yang berada di bawa pohon Natalnya. sebelum ia membukanya, Kehila datang dan mencari bungkusan kado yang ia sukai. melihat kedua anaknya yang merasa senang mengambil kado, orang tua Kehila dan Hazor melihat keduanya dari atas tangga sambil tersenyum bangga.
Sambil tersenyum berkatalah Adonia kepada anak-anaknya “jangan berebutan, habis itu kalian mandi dan kita berangkat ke gereja untuk Ibadah Natal…”
“Ia ma...” jawab kedua anaknya sambil membuka bungkusan kado yang mereka pegang.
Kepala yang menoleh kepada kedua mertuanya, Adonia kemudian bertanya kepada mereka, katanya; “Ayah dan Ibu pergi ke Gereja kan…?”
“iya, masa hari penting begini, kami tidak ikut untuk merayakannya…” jawab ibu Asyer dengan lembut.
Tidak lama kemudian, mereka semuanya berangkat ke Gereja. Ditengah perjalanan, Kehila melihat lagi burung yang semalam ia lihat dari jendela, burung gagak berbulu putih. dia melihatnya dari jendela mobilnya, burung itu bersandat diatas pohon yang berada di pinggir jalan. Tidak lama ia melihat burung itu karena mobil yang sementara jalan. ia melihatnya dari kejauhan burung itu masi ada diatas pohon itu.
“cucu nenek kenapa…?? Kehila, kamu tidak apa-apakan sayang…?” tanya nenek Kehila yang heran melihat cucunya yang terus melihat keluar jendela mobil.
“tidak apa-apa ko’ ne’…” jawab Kehila dengan wajah yang masih peasaran.
Percakapan itu mengundang semua orang yang ada diatas mobil itu dan melihat Kehila dengan wajah yang tersenyum dan sedikit heran. setelah beberapa waktu kemudian, mereka tiba di Gereja yang mereka tuju untuk melakukan ibadah bersama. Ibadah hampir mulai, mereka masuk dan mengambil tempat ke tiga dari depan. Setelah pertengan ibadah berlangsung, Kehila melihat burung yang sama yang dia lihat diatas mobil tadi, dia melihat burung itu berada di atas jendela Gereja dan matanya mengarah kepada Kehila seolah-olah burung itu ingin memperlihatkan sesuatu kepadanya.
Semakin lama Kehila semakin penasaran dengan kejadian – kejadian dan keanehan – keanehan yang ia hadapi selama ini. Tetapi saat itu perhatiannya langsung tertuju pada ibadah dan mengabaikan burung itu sedangkan Hazor selalu terlihat tenang dan menikmati jalannya Ibadah Natal.Setelah ibadah Natal selesai mereka langsung pulang dan kembali ke rumah mereka.
Setelah kejadian itu, hari demi hari Kehila dan Hazor lalui, mereka melalui hari-hari mereka layaknya anak sebaya mereka dan Kehila pun melupakan apa yang perna ia lihat, setelah kejadian-kejadian pada saat mereka berulang tahun yang ke tujuh, mereka bermain seperti anak normal yang lainnya. Mereka bermain seolah-olah mereka tidak pernah mendapatkan kejadian-kejadian selama itu.
Dua setengah jam perjalanan dari kota, terdapat beberapa rumah yang jaraknya berjauhan sekitar seratus meter. Sepihnya daerah tersebut membuat tempat itu sangat hening ditambah dengan suara percikan air yang berasal dari sungai kecil dalam hutan itu. Sepuluh meter dari sungai tersebut terlihat sebuah rumah sederhana yang dikelilingi oleh rindangnya pohon-pohon yang tersusun rapi diujung jalan.
Satu keluarga yang baru menikah memilih untuk tinggal dalam rumah tersebut. Rumah yang jauh dari keramaian dan kotornya udara perkotaan akibat polusi. Seorang laki-laki yang bernama Asyer Gosyen dengan istrinya Adonia Zur. Asyer Gosyen merupakan keturunan dari keluarga yang sederhana namun menyelamatkan banyak jiwa melalui penyembuhannya, ibu Asyer adalah seseorang yang bisa menyembuhkan penyakit melaui obat-obatan yang dia tanam diladangnya. Ibu Asyer adalah seorang tabit sang penyembuh. Sedangkan Adonia tidak pernah mengatakan dia berasal dari keluarga mana. Setelah menikah mereka memilih untuk tinggal di pinggir kota, mereka tinggal disebuah rumah yang sejuk dan segar dimana disekitar rumah itu dikelilingi oleh pohon-pohon yang besar dan rimbun.
lalu pada tahun penuaian ladang orang tua Asyer pada bulan dua belas, sehari sebelum hari Natal tiba, wanita itu melahirkan sepasang anak kembar yang manis rupanya. Kelahiran kedua anak itu membuat ayahnya merasa heran karena disekeliling rumahnya didatangi hewan-hewan yang tidak perna kelihatan selama mereka tinggal di tempat itu. Diatas pohon-pohon disekitar rumahnya burung-burung beterbangan kesana kemari seolah-olah menandakan bahwa itu adalah peliharaan mereka, sedangkan diatas sana awan berwarna abu-abu kehitaman menyelimuti langit yang berbentuk lingkaran seakan-akan ingin melindungi rumah itu dari sesuatu. Setelah lahir, kedua anak itu diberi nama Kehila Qwin karena ia seorang perempuan dan yang lebih dahulu keluar dari rahim ibunya, sedangkan Hazor Qwin seorang anak laki-laki dan dia yang terakhir keluar dari rahim ibunya. Asyer bertambah heran ketika melihat tanda lahir yang berbeda pada kedua anaknya, tanda lahir pada tangan kanan dibawah jari Jempol anak sulungnya yaitu Kehila Qwin berbentuk seperti gambar daun sedangkan tanda lahir pada anak bungsunya yaitu Hazor Qwin yang berada pada lengan kanan dibawah pundaknya menyerupai gambar api.
Hari demi hari mereka bertambah besar. Ayah mereka sering keluar kota untuk bekerja. Pada umur tujuh tahun, hari ulang tahun anak kembar itu dirayakan pada malam Natal. Perayaan Ulang tahun mereka dihadiri oleh kakek dan nenek (orang tua dari Asyer Gosyen) serta teman-teman sekelas mereka. Setelah selesai pesta Kehila mendekati jendela dan ingin melihat salju bulat kecil yang turun secara perlaha-lahan. tiba-tiba ia melihat makhluk aneh bersandar diatas pohon yang ada di depan jendela rumahnya yang terdapat dekat tangga lantai dua rumah itu, ia melihat sosok berbulu tebal, halus dan lembut seperti sekumpulan salju putih yang memantulkan cahaya kecil. makhluk itu mengarahkan kepalanya kepada anak itu, dan setelah dia amati ternyata makhluk itu adalah sebuah burung GAGAK PUTIH yang bersandar diatas pohon dan sedang membawah sesuatu pada paruhnya, ia melihat ada sebuah benda pada paruh burung itu yang seakakan-akan ingin menunjukan sesuatu pada Kehila. Setelah diamati burung itu sedang menggigit sebuah batu yang berwarna seperti sebuah pelangi dan kelihatan bercahaya yang halus. anak perempuan itu menatap burung gagak itu dari jendela dan terlihat heran serta berkata “mana munkin ada seekor burung gagak yang berwarna putih yang paruhnya seperti paruh burung elang.”
Burung gagak itu melebarkan sayapnya dan mengerak-gerakkan tubuhnya untuk melepaskan salju-salju yang menempel dibadannya. Setelah selesai burung itu mengepakkan sayapnya lalu pergi. Setelah burung itu pergi, datanglah sekumpulan besar burung-brung dan beterbangan disekitar rumah mereka,dari berbagai jenis burung-burung itu terbang diatas atap rumah itu seperti terlihat membentuk lingkaran dan nampaklah juga segerombolah binatang-binatang yang belum perna mucul sebelumnya pada rumah mereka dan menatap ke gadis kecil itu. Gadis kecil itu heran melihat hewan-hewan yang aneh-aneh itu. Seperti beruang yang mulutnya dan telapak kakinya terlihat seperti paruh dan telapa kaki pada bebek, burung unta yang paruhnya seperti burung elang dan ekornya seperti burung merak, anjing yang memiliki bulu yang lebat dan memiliki satu tanduk pada kepalanya, gajah yang bertanduk dan ekornya seperti ekor kuda panjang dan berbulu, dan masih banyak lagi keanehan-keanehan yang terlihat pada hewan-hewan itu.
Suara binatang-binatang dan bunyi-bunyian burung-burung di udara membuat seisi rumah itu melihat ke luar lewat jendela. Setelah mereka melihatnya, mereka tampak heran. Asyer Gosyen tampak sangat heran melihat semuanya itu, dia heran dan mengingat semuanya seperti pada saat anak kembarnya baru lahir. Tapi dia tidak perduli hal itu, dia hanya melihat dan mengagumi binatang-binatang itu karena banyaknya. Tidak lama kemudian binatang-binatang itu pergi dan menjauh dari ruma itu, mereka pergi masuk hutan dan entah mau kemana. Semua orang yang ada dalam rumah itu terlihat heran sambil memperhatikan binatang-binatang itu kembali ke hutan.
Setelah kejadian itu, Asyer dan istrinya serta kedua orang tuanya kembali ke ruang tengah, mengobrol soal kejadian itu sambil menunggu hari Natal tiba, tetapi kedua anaknya menuju ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.
Semuanya terdiam sejenak, tiba – tiba dengan muka yang serius dan terlihat heran ayah Asyer menanyakan soal hewan – hewan itu. “darimana asal binatang – binatang itu...?” sedangkan Adonia dan ibu Asyer hanya bisa terdiam dan memperhatikan Ayah Asyer berbicara….
Mendengarkan pertanyaan ayahnya, Asyer berbicara menanggapi pertanyaan itu sambil mengingat kembali kejadian-kejadian yang terjadi saat anaknya baru lahir. “ya… aku juga heran darimana asal mereka, hewan-hewan itu juga datang saat Kehila dan Hazor lahir, saat mereka baru pertama kalinya mengeluarkan suara tangisan,tetapi ketika hewan – hewan itu datang mereka langsung berhenti menangis. Tidak lama kemudian mereka berdua tertawa seolah – olah ada yang menemani mereka bermain.”
Dengan mengingat kejadian-kejadian aneh yang terjadi pada keduan anak-anaknya, Adonia, orang tua Kehila dan Azor juga menanggapi pertanyaan mertuanya ketika mendengar Asyer selesai berbicara. “bahkan pada umur satu tahun, saya sering melihat Hazor tiba-tiba bermain didekat pohon besar yang ada di sekitar rumah, dan lebih anehnya lagi saya sering melihat. Kehila bermain dengan beberapa hewan – hewan yang berbentuk aneh. seperti Koala yang memiliki telinga seperti telinga gaja tapi memiliki bulu yang terlihat halus, tupai yang memiliki telinga seperti telinga kelinci dan diujung telinganya terbentuk runcing dan bengkok ke belakang, dan berbagai macam burung – burung yang catik – cantik dan lucu – lucu. Tapi setelah mereka berumur dua tahun, saya tidak pernah melihatnya lagi.”
Setelah mendengar kejadian – kejadian yang pernah terjadi pada kedua cucu – cucunya, berbicaralah Ibu Asyer, “apakah itu benar-benar terjadi…?; karna tidak masuk akal, mana munkin ada binatang-binatang yang seperti itu didunia yang nyata seperti ini.”
“Itu munkin saja seperti yang sudah dikatakan Adonia karna dia sendiri juga yang telah melihatnya langsung, bukankah tadi kita juga melihtanya secara langsung karna munkin mereka berasal dari tempat lain…!” jawab ayah Asyer.
“iya, Itu munkin karena aku tidak melihat semunya tadi karena mereka keburu untuk pergi, jadi aku agak tidak percaya. dan yang pentingnya lagi, semoga itu tidak berdampak buruk pada sikembar nantinya. Sudahlah kita lupakan semua kejadian malam ini dan mari kita semuanya pergi untuk beristirahat, bukanka ini malam Natal…!” kata ibu Asyer dengan tubuh yang terlihat letih dan beranjak dari kursinya.
Setelah mereka selesai bergumul dalam ruang tengah, dan mempertanyakan semua kejadian itu, mereka semuanya beranjak dari kursi mereka dan menuju ke kamar tidur mereka masing-masing. Sementara itu dalam kamar Asyer dan Adonia, Adonia masih terpikir hal-hal mengenai kedua anak kembarnya.
Dengan penuh rasa ingin tahu, dan dengan nada suara yang lembut Adonia bertanya kepada suaminya: “sayang, kenapa kamu tidak memberitahukan tentang keanehan yang terjadi saat Kehila dan Hazor lahir…?”
“sayang, aku tidak memberitahukannya kepadamu karna aku rasa itu akan membuat kamu merasa terganggu dan tidak tenang nantinya, Nanti kamu akan selalu memikirkannya dan saya takut itu akan membuat kesehatanmu dan bayi kita terganggu. Lagian aku rasa kejadian pada saat itu hanyalah kejadian alam… sudahla itu jangan dibahas lagi, ini sudah larut malam mari kita tidur.” Jawab Asyer kepada istrinya dengan badan yang letih.
“ya, sudahlah. Pulihkan tenaga kamu ya.., karna besok adalah hari yang penuh dengan sukacita, hari yang penuh dengan kegembiraan.” Setelah percakapan itu, mereka berdua memulihkan tenaga mereka dari aktivitas seharian dengan tidur.
Malam telah berlalu dan hari baru telah tiba. pada pukul enam waktu setempat, terdengar suara yang keras dari tangga menuju ke ruang keluarga menyerukan bahwa hari Natal telah tiba dengan maksud untuk membangunkan semua orang yang masih tertidur. Itulah Hazor yang berlari dari kamarnya yang berada di lantai dua rumah itu dan menuju ke pohon Natal yang ada dekat jendela dalam ruang keluarga rumahnya, dengan hati yang senang gembira ia mengambil sebuah bungkusan kado yang berada di bawa pohon Natalnya. sebelum ia membukanya, Kehila datang dan mencari bungkusan kado yang ia sukai. melihat kedua anaknya yang merasa senang mengambil kado, orang tua Kehila dan Hazor melihat keduanya dari atas tangga sambil tersenyum bangga.
Sambil tersenyum berkatalah Adonia kepada anak-anaknya “jangan berebutan, habis itu kalian mandi dan kita berangkat ke gereja untuk Ibadah Natal…”
“Ia ma...” jawab kedua anaknya sambil membuka bungkusan kado yang mereka pegang.
Kepala yang menoleh kepada kedua mertuanya, Adonia kemudian bertanya kepada mereka, katanya; “Ayah dan Ibu pergi ke Gereja kan…?”
“iya, masa hari penting begini, kami tidak ikut untuk merayakannya…” jawab ibu Asyer dengan lembut.
Tidak lama kemudian, mereka semuanya berangkat ke Gereja. Ditengah perjalanan, Kehila melihat lagi burung yang semalam ia lihat dari jendela, burung gagak berbulu putih. dia melihatnya dari jendela mobilnya, burung itu bersandat diatas pohon yang berada di pinggir jalan. Tidak lama ia melihat burung itu karena mobil yang sementara jalan. ia melihatnya dari kejauhan burung itu masi ada diatas pohon itu.
“cucu nenek kenapa…?? Kehila, kamu tidak apa-apakan sayang…?” tanya nenek Kehila yang heran melihat cucunya yang terus melihat keluar jendela mobil.
“tidak apa-apa ko’ ne’…” jawab Kehila dengan wajah yang masih peasaran.
Percakapan itu mengundang semua orang yang ada diatas mobil itu dan melihat Kehila dengan wajah yang tersenyum dan sedikit heran. setelah beberapa waktu kemudian, mereka tiba di Gereja yang mereka tuju untuk melakukan ibadah bersama. Ibadah hampir mulai, mereka masuk dan mengambil tempat ke tiga dari depan. Setelah pertengan ibadah berlangsung, Kehila melihat burung yang sama yang dia lihat diatas mobil tadi, dia melihat burung itu berada di atas jendela Gereja dan matanya mengarah kepada Kehila seolah-olah burung itu ingin memperlihatkan sesuatu kepadanya.
Semakin lama Kehila semakin penasaran dengan kejadian – kejadian dan keanehan – keanehan yang ia hadapi selama ini. Tetapi saat itu perhatiannya langsung tertuju pada ibadah dan mengabaikan burung itu sedangkan Hazor selalu terlihat tenang dan menikmati jalannya Ibadah Natal.Setelah ibadah Natal selesai mereka langsung pulang dan kembali ke rumah mereka.
Setelah kejadian itu, hari demi hari Kehila dan Hazor lalui, mereka melalui hari-hari mereka layaknya anak sebaya mereka dan Kehila pun melupakan apa yang perna ia lihat, setelah kejadian-kejadian pada saat mereka berulang tahun yang ke tujuh, mereka bermain seperti anak normal yang lainnya. Mereka bermain seolah-olah mereka tidak pernah mendapatkan kejadian-kejadian selama itu.
BAB I
Disuatu hari Kehila dan Hazor bermain di belakang rumahnya
sekitar
pukul tiga siang, tiba-tiba mata Kehila terhenti ketika matanya menatap
di atas pohon dan melihat seekor burung gagak putih seperti yang ia
lihat sebelumnya berada diatas pohon itu, gagak itu membawah sesuatu
pada pada paruhnya, Kehila melihat ada batu yang berwarna seperti
sebuah pelangi dan kelihatan bercahaya halus pada paruh burung itu
persis sama seperti yang ia lihat pada saat dia berulang tahun dulu.
Karena penasaran dia memanggil saudara kembarnya, Hazor yang sedang
berada diatas pohon yang lain, untuk melihatnya.
“Hazor, coba
kamu turun… ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan kepada
kamu…!!” dengan rasa penasaran dia menyuruh adiknya turun dari pohon.
“Ia….,
tunggu sebentar, lagi mau turun ni….” Jawab adiknya sambil turun
dari atas pohon yang batangnya besar itu.
Setelah Hazor berada di
dekatnya,Kehila berkata kepada Hazor sambil
menunjukkan burung gagak itu; “Hazor, coba kamu lihat itu, burung gagak
itu selalu muncul tiba-tiba tanpa aku sadari. dan waktu pertama saya
melihatnya, burung itu datang pada saat kita merayakan ualng tahun dua
bulan yang lalu dan posisinya sama seperti saat ini.” Tambahnya sambil
menjelaskannya pada Hazor.
“aneh sih….!! Tapi wao… bagus sekali…,
ka’ munkin tidak, dia ingin
menyampaikan sesuatu” jawab Hazor sambil mengagumi burung itu.
“nggak
tau juga, tapi munkin juga ya…..” jawab Kehila sambil menanggapi
perkataan adiknya.
Tidak lama berbicara, burung itu manatap mata
Kehila dan menjatuhkan
batu yang tadinya ada pada paruhnya. Kehila dan Hazor melihat batu itu
dengan perasaan yang ragu-ragu, dan sebelum kehila mengambil batu itu,
ia melihat dulu burung yang masi ada diatas pohon itu. Kehila
mengulurkan tangannya dan mengambil batu itu. setelah batu itu berada
pada tangan Kehila, tiba-tiba saja kedua anak kembar itu merasakan
sesuatu yang sangat kuat, sambil memandang satu sama lain, perasaan itu
seolah-olah membuka sesuatu dari dalam hati mereka. Ketika mereka
masih merasa aneh, burung itu mengeluarkan bunyi yang sangat keras yang
tidak sesuai dengan bunyi burung gagak, sampai-sampai bunyi itu
membuat telinga mereka kebisingan.
“apa yang sebenarnya terjadi,
tapi batu ini terasa sangat sejuk, rasa
hangatnya seperti terus kedalam hatiku.” Kata Kehila sambil memberikan
batu itu kepada Hazor.
“ia rasanya sangat aneh….!!! Ini batu apa
si ka’ dan burung apaan si
itu…?” kata Hazor menanggapi perkataan kakaknya dengan perasaan yang
masih penasaran.
“aku juga tidak tau…!!” jawab Kehila menanggapi
pertanyaan adiknya
Sementara itu, di dapur, dalam rumah Kehila,
ketika mendengar bunyi
burung itu, Adonia merasakan keanehan yang tiba-tiba dan langsung
memikirkan kedua anaknya; tetapi perasaan itu hanya sebentar dan saat
itu dia kembali merasa tenang dan keluar untuk mencari anak-anaknya,
sedangkan Asyer pada saat itu berada di kota untuk kembali bekerja dan
orang tua Asyer telah kembali ke kota ke rumah mereka.
“Kehila….,
Hazor….., sayang dimana kalian….??” Teriak Adonia sambil
memanggil dan mencari anak-anaknya.
Mendengar panggilan ibunya,
Kehila dan Hazor berjalan menuju kerumah
mereka dan mengabaikan burung itu, tetapi kehila mengambil batu itu dan
mengantonginya setelah mereka hampir masuk pintu, Kehila menoleh
burung itu sejenak lalu masuk. Setelah malam tiba, Kehila mengambil
batu yang dikantonginya tadi. setelah dia mengambilnya dan dia amati,
batu itu sudah tidak memberikan respon lagi. Kehila mengguncang-guncang
batu itu di tangannya berharap agar batu itu memberikan raspon seperti
saat ia pertama kali menyentuhnya tadi, tapi batu itu tidak
mengeluarkan keanehan-keanehan lagi.
“batu apaan si ini…., ko’
tidak seperti yang tadi ya, aneh sekali…!!”
kata Kehila dalam hatinya sambil mengamat-amati batu itu.
“O…
ternyata Cuman batu biasa ya, tapi ko’ tadi perasaanku aneh ya
ketika pertama kali aku menyentunya…!!” sambung Kehila ketika ia masih
penasaran..
Ketika Kehila masih memperhatikan batu itu, serta
Adonia berada diruang
tengah dan Hazor berada dalam kamarnya tertidur pulas, tiba-tiba saja
terdengar sesuatu seperti gemuruh angin besar dari belakang rumah yang
mengagetkan seisi rumah itu, Kehila dan Hazor langsung keluar dari
kamar dan menuju keruang tegah dimana tempat ibunya berada.
“apa
yang terjadi ma…?” tanya Kehila kepada ibunya dalam keadan kaget
disertai dengan rasa takut.
“Ia…, itu suara apa ma…, aku takut…?”
sambung Hazor sambil memeluk
ibunya.
“mama juga tidak tau sayang…!!!” jawab Adonia kepada
anak-anaknya dalam
keadaan bingung dan sedikit rasa takut.
Dalam keadaan yang masih
tegang, sesuatu terdengar dari balik pintu,
Adonia dan kedua anaknya bertambah kaget dan takut setelah mendengar
bunyi itu dan mereka tidak meberi respon serta mereka takut untuk
mengeluarkan suara, tiba-tiba bunyi itu terdengar lagi, bunyi itu
terdengar seperti bunyi ketukan pada daun pintu seolah-olah meminta
untuk dibukakan pintu. Adonia memberanikan diri untuk pergi mendekati
pintu, setelah dia melihat keluar melalui lubang kecil yang terpasang
pada daun pintunya, Adonia merasa tenang dan langsung membuka pintu.
Setelah dibuka Asyer masuk dan bingung melihat anak-anaknya serta
menatap Adonia, istrinya, berharap memberikan jawaban.
“Ayah….!!!”
Teriak kedua anaknya sambil lari dan memeluk ayahnya.
“Ayah,
kami takut sekali…!!!” kata Hazor sambil memeluk dan menatap
ayahnya.
“Hazor, kenapa kamu takut sayang…?” tanya Asyer kepada
Hazor, anaknya,
dalam keadaan yang masih bingung. “sayang.., apa sebenarnya yang
terjadi…?” tambahnya sambil melihat istrinya berharap mendapatkan
jawaban.
“tadi, beberapa menit sebelum kamu kembali, kami
mendengarkan bunyi
seperti bunyi gemuruh angin yang sangat besar dan itu terjadi hanya
sesaat, dan itu membuat kami semuanya takut…” jawab Adonia sambil
menjelaskan kejadian yang terjadi kepada suaminya.
Setelah
percakapan itu, mereka semuanya kembali ke ruang tengah,
tiba-tiba bunyi yang sama terdengar lagi dan bunyi itu terdengar lebih
dekat dibanding dengan bunyi yang pertama tadi, peralatan-peralatan
diatas meja mulai bergetar sedikit demi sedikit, hiasan-hiasan diatas
lemari hias mulai berjatuhan, seisi rumah itu mulai panik dan saling
berpegangan Asyer dan Adonia memeluk kedua anaknya, Kehila dan Hazor
berteriak ketakutan sambil memeluk kedua orang tuanya sedangkan rumah
mereka jauh dari rumah tetangga dan berjarak kurang lebih sekitar lima
puluh meter. Teriakan-teriakan dari dalam rumah itu terdengar sangat
kecil disertai dengan hujan yang sangat lebat, dedaunan berjatuhan
tertiup oleh angin lebat. Asyer dan Adonia panik dengan keadaan itu,
mereka tidak tahu harus berbuat apa dan berharap badai itu segera reda.
Adonia pergi melihat ke luar melalui jendela berharap mengetahui apa
yang terjadi diluar sana. Sesaat kemudian bunyi seperti bunyi gemuruh
angin itu berlalu dari telinga mereka entah kemana, bunyinya berhenti
tiab-tiba, angin dan hujan pun terdengar sangat kecil diluar rumah,
Adonia masih berada di dekat jendela sambil melihat keluar.
“sayang…,
apa yang terjadi diluar sana…?” tanya Asyer dalam keadaan
bingung dan penasaran
“Hujannya masih turun rintik-rintik, diluar
banyak dedaunan dan
ranting-ranting kayu yang terjatuh berceceran karna di tiup oleh
angin…” jawab Adonia sambil menjelaskan apa yang ia lihat diluar sana.
“Ayah
apa yang terjadi…..!!!” kata Hazor yang ingin tahu dalam pelukan
ayahnya di atas kursih.
Sedangkan Kehila terdiam sambil
memikirkan batu itu, sesuatu menetes
dari atas ketangan Kehila, setelah Kehila menoleh keatas jendela atap
rumahnya, dia melihat burung yang dia lihat bersama Hazor pada siang
hari tadi dibelakang rumahnya. Sesaat kemudian burung itu pergi dan
menjauh dari pandangan Kehila. Kehila merasa burung itu menyampaikan
sesuatu yang ia tidak mengerti. Tiba-tiba saja peralatan-peralatan yang
ada diatas meja dan hiasan-hiasan dalam lemari hias yang berdidingkan
kaca serta gambar-gambar yang terbingkai bagus didinding itu bergetar
dan sebagian telah terjatuh dibawah lantai seolah-olah ada yang
mengguncang rumah itu seperti gempa bumi kecil, sesaat kemudian
sentakan bunyi keras seperti ombak lautan yang banyak menelan korban
itu terdengar di dekat jendela ruang tengah dekat Adonia berdiri,
tiba-tiba muncul lubang hitam misterius yang menyerupai asap hitam dan
disertai dengan kabut yang berwarna keabu-abuan juga yang berbentuk
lingkaran lonjong seperti telur ayam itu, lubang hitam itu menghisap
semua yang ada didekatnya, Adonia yang takut dan bermaksud menjauh dari
asap hitam itu dengan berlari menuju ke suami dan anak-anaknya
tertahan dan tertarik oleh angin yang berasal dari dalam asap itu
disertai dengan teriakan-teriakan rasa takut dari kedua anak-anaknya.
Dengan sekuat tenaga, Adonia berusaha untuk menjauh agar tidak tertarik
oleh asap itu dengan berpegangan pada tiang dapur yang ada dalam ruang
keluarganya, namun angin dari asap itu menariknya semakin kuat. dengan
maksud untuk menolong istrinya, Asyer loncat dari kursi dan berlari
maraih tangan istrinya, namun lubang asap hitam itu semakin kuat
menarik keduanya. Adonia yang tidak kuat memegang tangan suaminya yang
berpegangan di tiang di sebelah tiang yang dia pegang. sedikit demi
sedikit terlepas dari tangan suaminya, Adonia yang disertai dengan rasa
takut dan tangisan, berusaha semakin kuat untuk memegang tangan
suaminya berharap untuk tidak masuk kedalam benda aneh yang berbentuk
asap hitam yang diselimuti oleh kabut yang berwarna abu-abu kehitaman
itu, namun tarikan yang lebih kencang keluar dari dalam asap itu. Kedua
anaknya yang berdiri dibalik dinding hanya bisa melihat dan
menyaksikan orangtuanya yang hampir terhisap asap hitam itu disertai
dengan rasa takut dan tangisan yang membuat mereka semakin takut ketika
melihat setengah dari tubuh ibunya sudah berada dalam lubang hitam
itu.
“Adonia, pegang kuat tanganku…?” teriak Asyer sambil
memegang kuat
tangan istrinya dan berusaha untuk menariknya keluar.
Ketika Asyer
semakin berusaha untuk menarik kuat istrinya, lubang hitam
itu menarik Adonia dengan kuat, sampai-sampai Asyer hampir ikut
tertarik kedalamnya. Genggaman Adonia semakin melemah dan tiba-tiba
tangan Adonia terlepas dari tangan Asyer, dengan rasa ketakutan yang
sangat kuat, Adonia berhasil meraih jaket yang di pakai oleh Asyer.
Semakin kuatnya lubang itu menarik Adonia, sehingga baju yang dia pegang
itu tidak kuat untuk menahan tarikan Adonia dari Asyer sehingga lengan
baju itu robek dari badan Asyer, namun asyer dengan lincah meraih dan
memegang lengan baju yang masih berada di tangan Adonia itu, teriakan
demi teriakan yang berusaha untuk meminta tolong dari dalam rumah itu
tak terdengar oleh siapapun akibat hujan dan angin kencang juga
dikarenakan oleh rumah mereka yang tidak terlalu dekat dengan rumah
penduduk yang ada disekitar itu. Ketika Asyer masih berusaha untuk
menarik istrinya keluar dari lubang hitam itu, tiba-tiba saja sepotong
kayu yang ikut tertarik oleh lubang itu menabrak belakang Asyer dan
membentur ke tangan Adonia sehingga genggaman mereka terlepas dari kain
yang mereka pegang itu dan lubang hitam itu berhasil menarik Adonia
kedalamnya dan tanpa disadari Asyer melepaskan gengamannya dari tiang
kayu yang ia pegang dan bermaksud untuk dapat meraih istrinya untuk
ditariknya keluar, namun asap hitam itu ikut menarik Asyer sedangkan
kedua anak kembarnya hanya bisa menangis dan Hazor berlari bermaksud
untuk menolong ayahnya tiba-tiba terhenti oleh tarikan Kehila yang
menghalanginya karena takut, Hazor tertunduk serta menoleh lubang hitam
itu dan berteriak sangat kencang, sedangkan Asyer tertarik sangat kuat
oleh lubang itu, tiba-tiba saja lubang hitam misterius yang menyerupai
asap hitam dan disertai dengan kabut yang berwarna keabu-abuan itu
hilang dalam sekejap tampa bekas entah kemana. Sedangkan Asyer yang
tadi kepala dan tangannya sudah berada didalam lubang itu terbentur
sangat kuat ditembok asap hitam itu berada akibat lubang hitam itu
hilang tiba-tiba secara misterius, dan kedua anaknya berlari
menghampirinya berharap tidak terjadi sesuatu pada ayahnya.
Akibat
dari benturan itu, kepala Asyer mengeluarkan banyak darah, hati
Kehila langsung tersentak dan pergi mengambil sebuah telpon dan
langsung menghubungi kakek dan neneknya yang berada di kota sambil
menjelaskan sebagian kejadian itu. Tidak lama kemudian kakek dan
neneknya datang dan langsung membawa Asyer ke rumah sakit. Dalam tengah
perjalanan, diatas mobil kakeknya Hazor melihat neneknya sangat kuatir
melihat keadaan ayahnya sambil memegang bagian luka pada kepala
ayahnya, sedangkan Adonia berada didepan duduk disamping kakeknya yang
masih sedih mengingat kejadian yang terjadi pada keluarganya, dalam
keadaan mobil yang tidak terlalu terang karena memiliki lampu yang
sedikit redup itumembuat Hazor terkejut ketika ia melihat asap putih
yang halus seperti embun pagi yang keluar dari balik telapak tangan
neneknya yang masih menempel di lukah ayahnya. Namun Hazor diam saja
sampai mereka tiba di ruma sakit, setibanya dirumah sakit, suster
langsung menjemput mereka. setelah ayahnya dibawah keruang unit gawat
darurat, mereka semuanya menuggu diatas kursi yang telah disediakan
oleh rumah sakit tapi Kehila di pojok dinding.
tiba-tiba Hazor
pidah tempat dan duduk disamping neneknya serta
menoleh neneknya dan berkata; “ne’…,” dengan ragu-ragu dia mulai
berbicara kepada neneknya, “ne’…, saya boleh tanya sesuatu tidak…!!!”
tambahnya dalam keadaan yang ragu-ragu.
Dengan rasa penasaran dia
menoleh cucunya dan berkata “ia…, ada apa
sayang…”
“mm…, dalam perjalanan tadi…, saya melihat tangan nene’
yang memegang
luka ayah mengeluarkan asap. Meskipun asapnya halus tidak tebal…!!!”
kata Hazor dengan rasa terpaksa dan takut mengatakan yang ia lihat
tadi.
Dalam keadaan yang masih sedih, nenek Hazor menoleh kakek
Hazor,
seolah-olah menyimpan suatu rahasia dan berkata kepada Hazor; “sayang…,
kamu tidak usah pikir itu dulu ya…, kita harus pikirkan keadaan ayah
kamu dulu ya…,” jawabnya dengan lembut kepada cucunya.
Dengan
menyesal Hazor mengangguk dan mendengarkan kata neneknya,
kemudian neneknya berdiri dan mendekat ke Kehila untuk menghiburnya
atas kejadian yang terjadi, kemudian mereka duduk bersama-sama. sambil
menunggu dokter yang memerikasa ayah Kehila, nenek Kehila menanyakan
kejadian yang telah terjadi dalam rumah Kehila, kemudian Kehila dan
Hazor menceritakan semua kejadian-kejadiannya yang telah terjadi.
Mendengar cerita dari kedua cucunya, orang tua Asyer merasa heran dan
mereka seolah-olah sulit untuk mempercayainya. tidak lama kemudian
dokter keluar dari ruangan tempat ayah Kehila dan Hazor tadi dimasukkan
dan dengan keadaan wajah yang membuat keluarga Asyer bertnya-tanya,
semuanya beranjak dari tempat duduk mereka dan langsung menghampiri
dokter itu serta bertanya tentang keadaan Asyer. Mendengar pertanyaan
yang diajukan ibu Asyer, dokter itu terdiam sejenak
Setelah
melihat keluarga Asyer yang dipenuhi dengan kesedihan, dokter
itu melihat ayah Aser dan berkata; “bapak ayah Asyer ya…?, Asyer sangat
banyak mengeluarkan darah dan…, dengan rasa menyesal saya harus
mengatakan bahwa nyawa saudara Asyer tidak bisa tertolong lagi…”
Mendengar
perkataan dokter, ibu Asyer dan kedua cucunya tidak bisa
membendung air mata mereka, terutama kedua anaknya yang harus melihat
kejadian-kejadian tragis yang menimpa kedua orang tuanya. dalam keadaan
yang masih sedih meskipun matahari sudah mulai muncul, ayah Asyer
pergi untuk bertemu dengan dokter meminta supaya pihak rumah sakit
mengantarkan tubuh Asyer ke rumah mereka untuk segera di kuburkan,
sementara itu ibunya tinggal untuk menjaga kedua anaknya yang masi
tidur karena kelelahan.
Tidak lama kemudian setelah Asyer
dimasukkan kedalam Peti, mereka
berangkat ke pemakaman untuk menguburkan jasad Asyer. Setelah mereka
tiba di pemakaman, tiba-tiba mata Kehila tertuju ke salah satu kuburan
yang ada disitu, matanya melihat burung yang sering mendatanginya,
burung itu bertengker diatas ujung salib berwarna putih di kuburan yang
ia sementara lihat. Setelah peti Asyer dimasukkan ke dalam lubang
kubur, tiba-tiba tangan Asyer, sedikit demi sedkit terlihat jadi
transparan kemudian hilang dan diikuti oleh bagian tubuh Asyer yang
lain setelah itu pakaian yang ia pakai menipis seperti balon udara yang
bocor dan kempes sedikit demi sedikit. Dan tidak ada orang yang
mengetahui bahwa Asyer sudah tidak ada dalam peti itu. Para petugas
kuburan merasakan peti Asyer lebih ringan dari sebelumnya ketika mereka
memasukkannya ke lubang kubur.
Setelah beberapa hari dari
kejadian itu, Kehila selalu melamun
sendirian, sedangkan Hazor berusaha untuk melupakan kejadian-kejadian
yang melimpah mereka dengan selalu sibuk membantu neneknya. tiba-tiba
Kehila berdiri dan meminta neneknya agar mereka tinggal di rumah Kehila
yang ada di pinggir kota. Melihat keadaan cucunya yang terus
mendesaknya, kakek dan neneknya saling melihat dan mangabulkan
permintaan cucunya. Sebelum mereka pindah kesana, kakek Hazor dan
Kehila terlebih dahulu pergi untuk memperbaiki kerusakan yang dalam
rumah itu, sedangkan Hazor dan Kehila sibuk mengumpulkan barang-barang
yang akan mereka bawa. Setelah mereka selesai berkemas, mereka menyusul
kakek mereka yang berangkat lebih dulu. Perjalanan dari kota ke desa
dimana mereka akan tuju membutuhkan waktu selama dua setengah jam.
Setelah mereka tiba disana, Kehila dan Hazor menurunkan barang-barang
mereka dan segera memasukkannya kedalam kamar mereka masing-masing,
mereka melihat rumah itu tidak berubah sama sekali. selain itu,
kerusakan yang diakibatkan oleh bencana itu telah diperbaiki oleh kakek
mereka.
BAB 2
Beberapa
hari setelah mereka tinggal dirumah mereka, Kehila dan Hazor
bermain seperti biasanya, meskipun kejadian-kejadian yang menimpa
mereka sempat membuat kedua anak kembar itu trauma. tetapi mereka
selalu mendengarkan nasehat dan bimbingan dari kakek dan nenek mereka,
agar mereka tetap tegar menjalani hidup yang mereka masih miliki.
Keesokan harinya setelah pulang dari sekolah Kehila dan Hazor berlari
menuju kerumah mereka dengan wajah yang terlihat sangat senang, mereka
berlari menuju kedapur dan memberitahukan kepada nenek mereka bahwa
mulai besok mereka tidak pergi ke sekolah karena sekolah telah
meliburkan siswanya untuk liburan panas. Mendengar perkataan cucunya,
ibu Asyer yang masih memegang pisau dan bawang terlihat ikut senang dan
tersenyum kepada kedua cucunya, karena itulah pertama kalinya dia
melihat kedua cucunya terlihat gembira setelah orang tuanya tidak ada.
Tidak lama setelah itu, ayah Asyer masuk dengan membawa beberapa potong
kayu bakar, tiba-tiba saja Hazor pergi menghampiri kakeknya dan
berkata;
“kakek, mulai besok saya liburan, kakek kita pergi
memancing ya….?”
Kata Hazor yang terlihat manja.
Dengan perasaan senang ayah
Asyer menatap mata cucunya, katanya; “iya…,
itu berarti kita sibuk selama kamu liburan dan selama kamu masih suka
untuk memancing.”
“dan aku akan membantu nenek untuk masak hasil
pancingan kalian…”
sambung Kehila yang ingin terlihat tidak mau kalah dari Hazor.
Mendengar
perkataan Kehila, mereka semua tertawa, dalam suasana yang
masih senang nenek anak kembar itu berkata; “Iya, tapi kalian juga
jangan lupa untuk selalu belajar…, dan sekarang kalian pergi menyimpan
tas kalian lalu makan.
“baik nek….” Jawab Kehila dan Hazor secara
serentak
Melihat kedua cucunya yang sangat senang menyambut
liburan musim panas
mereka, ayah dan ibu Asyer saling menoleh sambil tersenyum dan ikut
bahagia melihat cucunya bersemangat lagi selama kejadian yang pernah
menimpa mereka. Keesokan harinya, Hazor terlihat sibuk sendiri didalam
gudang yang ada dibelakang rumahnya untuk menyiapkan semua perlengkapan
alat pacingnya. sementara itu, Kehila sibuk didapur bersama neneknya
menyiapkan sarapan dan bekal untuk Hazor dan kakeknya. setelah selesai
menyiapkan semua perlengkapannya dan menaikannya ke mobil milik
kakeknya, dengan tidak sabar Hazor pergi memanggil kakeknya untuk segera
berangkat. Karena tidak saba lagi, Hazor berlari kemobil yang sedang
ditunggu oleh kakeknya.
“apa kau sudah membawa semuanya…?” tanya
kakeknya yang siap menyetir
Sedangkan Hazor mengangguk menjawab
pertanyaan kakeknya, tiba-tiba
terdengar suara menyebut nama Hazor, seperti suara paggilan yang
terdengar jelas ditelinga anak itu. Hazor yang kebingungan saat itu
tiba-tiba dikejutkan oleh Kehila yang membawa bekal makan siang mereka
yang ketinggalan. Hazor mengambil bekal tersebut melalui jendela mobil
setelah itu mereka berangkat.
“jagan lupa bawa ikan yang banyak…”
teriak Kehila
Setelah tibah di danau yang mereka tuju, mereka
segera mengeluarkan
perlengkapan mereka dan mulai memancing. Tidak lama setelah Hazor
mengulukan mata pancingnya kedalam danau, sesuatu yang kuat menarik
tali pancing itu, setelah ditarik, rauk wajah Hazor terlihat gambira,
dia mendapatkan ikan hasil pancinganya yang pertama, namun kegembiaraan
itu berubah menjadi ketakutan ketika ia ingin melepaskan mata
pancingannya dari dalam mulut ikan itu, Sebelum anak itu melepaskan
mata pancingnya, ia berteriak dan melemparkan ikan itu dengan perasaan
yang sangat takut. ia melihat ikan itu tidak seperti ikan yang perah ia
lihat sebelumnya, ikan itu memiliki tanduk di atas langit-langit dalam
mulutnya. Mendengar teriakan cucunya, Ayah Asyer langsung berlari
menuju ketempat cucunya berada, ia mendapatkannya dan memeluk cucunya
yang masih dalam ketakutan, lalu Ayah Asyer menenangkannya dan
menanyakan apa yang terjadi pada anak itu, namun Hazor hanya diam dan
menunjuk ke ikan yang ia tagkap. tanpa banyak bertanya, kakek anak itu
langsung mengambil ikan yang membuat cucunya ketakutan, setelah ikan
itu dipegang oleh ayah Asyer, anak itu langsung mengatakan semuanya dan
menyuru kakeknya agar berhati-hati dengan ikan yang mirip ikan piranha
namun lebih besar dari telapak tangan orang dewasa itu. Setelah dia
amati, tanduk ikan itu melengkung dari dalam dan sebesar ibu jari orang
dewasa. Ayah Asyer terlihat sangat heran namun ia berusaha menenangkan
cucunya dengan berkata bahwa ikan itu memang banyak terdapat di daerah
itu, meskipun ia sendiri baru pertama kali melihatnya. Setelah itu,
anak itu terlihat tenang kembali dan mereka melanjutkan untuk memancing
kembali. Matahari tepat berada diatas kepala mereka, dengan perut yang
kelapran, Hazor melepaskan pancingnya dan memanggil kakeknya untuk
makan siang. dengan hati yang masih bingung dan penasaran dengan
kejadian tadi, kakek anak itu melepaskan pancingnya dan pergi menemani
cucunya untuk makan siang, meskipun mereka belum mendapatkan tangkapan
selain ikan yang bertaduk tadi.
Siang itu, diluar rumah, Kehila
sedang sibuk bermain sendirian
dibelakang rumahnya. sedang asik bermain-main, ia mengambil kayu untuk
mengambil buah diatas pohon yang ada disampingnya, namun ketika ia
ingin meraih buah itu dengan menggunakan batuan kayu, tiba-tiba kayu
itu terjatuh dari tanganya karena kaget, ia melihat burung yang sering
melihatnya, burung itu kelihatan sudah lama diatas pohon besar dan
terlihat sedang mengawasi Kehila dari tadi, namun keluguan anak itu
tidak membuatnya takut sama sekali, ia malah heran dan mengamati burung
itu yang selalu mengintainya setelah itu mengabaikannya. Setelah
burung itu pergi, Kehilapun masuk kedalam rumahnya dan langsung menuju
ke kamarnya yang berada di atas lantai dua untuk tidur siang. langkah
kaki anak itu terhenti ketika ia baru ingin memijatkan langkah yang
keduanya setelah ia membuka pintu, namun secara tidak sengaja matanya
tertuju ke dalam kolong tempat tidurnya, pada kolong tempat tidur yang
terlihat sedikit gelap, sesuatu terlihat beda yang membuat anak itu
makin penasaran dengan apa yang ia lihat didalamnya, dengan perasaan
yang sedikit takut, Kehila lebih mendekat untuk melihat benda itu lebih
jelas lagi, anak itu menunduk dan tanganya ingin meraih benda itu,
tiba-tiba anak itu terlihat heran ketika benda yang ia ambil itu adalah
batu yang pernah dilepaskan oleh burung putih kearahnya. Batu itu ia
lemparkan saja ketika dia keluar dan lari mencari orang tuanya karena
dikagetkan oleh bunyi aneh yang pernah ia dengar, setelah itu kehila
tidak pernah mengingatnya lagi, namun kali ini kehila mengambil dan
mengamat-amati batu itu hanya sesaat lalu dia menyimpannya didalam
toples kecil kosong yang terdapat disamping lampu duduk diatas meja
belajarnya.
Tidak lama setelah Kehila bangun tidur, suara mobil
terdengar dari
halaman didepan rumahmya. mendengar suara mobil itu, Kehila langsung
lari membuka pintu dan langsung menghampiri kakeknya serta mencari
keranjang dan berharap mendapatkan ikan didalamnya. Setelah melihat
keranjang itu, Kehila langsung mengambilnya dari tangan Hazor dan
membawanya masuk. meskipun masih merasa letih, karena senangnya Hazor
pun mengejar kakaknya untuk melihat hasil pancingannya. Setelah tiba di
dapur, Kehila memberikan keranjang itu kepada neneknya agar
mengeluarkan ikan-ikan yang ada didalamnya untuk dibersihkan. Setelah
mengeluarkan ikan-ikan itu dari keranjang, tangan Kehila tergerak untuk
mengambilnya namun terhenti ketikan melihat sebagian dari ikan-ikan
itu marih hidup dan takut tertusuk oleh sirip ikan itu. karena melihat
sebagian dari ikan-ikan itu masih hidup, dahi Hazor langsung mengkerut
dan terlihat heran ketika melihat ikan yang pertama ia tangkap masih
hidup dan masih bergerak-gerak berusaha mencari air. Tanpa menyadari
hal itu, tangan ibu Asyer, nenek Kehila dan Hazor, terarah ke ikan yang
membuat Hazor tercengan itu bermaksud untuk mematikannya setelah
ikan-ikan yang lain selesai ia matikan. Namun Hazor berteriak dan
melarang neneknya memegang ikan tersebut karena hanya ikan tersebut
yang beda dari yang lainnya dan terlihat masih segar setelah seharian
tidak berada dalam air, mendengar teriakan larangan Hazor, Kehila dan
neneknya terlihat heran, namun setelah kakeknya muncul dari pintu
dapur, dia menjelaskan semuanya dan menyarankan Hazor agar ikan itu
dipelihara saja. Meskipun sedikit takut, Hazor sangat senang dan segera
mengambil ikan tersebut lalu memasukkannya kedalam akuarium bekas yang
pernah juga dipakai untuk memelihara ikan hias namun setelah orang tua
anak kembar itu tiada, akuarium itupun tidak terpakai lagi.
Melihat
kedua cucunya sangat senang pada saat makan malam, ayah dan ibu
Asyer tersenyum sambil mengamati kedua cucunya menikmati ikan hasil
jeripayah Hazor dan kakeknya. Sehabis makan Kehila megambil batu yang
ada di kantong bajunya dan memperlihatkannya ke kakek dan neneknya
serta menanyakan batu apa itu, melihat batu itu, neneknya mengambil dan
mengamati keunikan dari batu tersebut dan Hazor pun terlihat sangat
heran setelah melihat batu tersebut.
“loh kak…, batu itu kok
masih ada…!!!” tanya Hazor
“iya…, tadi ketika saya mau idur
siang, saya melihatnya di bawah kolong
tempat tidur…” jawab Kehila sambil menjelaskannya.
Mendengar
pertanyaan cucunya, nenek anak kembar itu menjadi heran dan
menanyakan dari mana mereka mendapatkan batu tersebut. Mendengar
pertanyaan neneknya, Kehila memberitahu dari mana asal batu tersebut
serta menceritakan semua mengenai burung putih yang selalu ia lihat.
Setelah mendengar cerita dari cucunya, kedua orangtua Asyer saling
menoleh dan terlihat diam seolah-olah ada sesuatu yang membuat mereka
tidak bisa untuk mengatakan sesuatu. Kesunyian mendiami rumah itu, tidak
terdengar satu katapun dari mereka meskipun piring-piring kotor masih
menghiasi meja makan, diluar bulan begitu terang memancarkan sinarnya
meskipun sesekali tertutup oleh awan dan yang terdengar hanyalah suara
jangkrik yang keluar mencari makan, tiba-tiba nenek anak kembar itu
berdiri dan membereskan piring-piring kotor yang berada diatas meja.
Sambil membereskan meja tersebut, ibu Asyer berusaha membuat cucunya
agar tidak terlalu memikirkan batu dan burung putih tersebut serta
mengatakan bahwa kejadian tesebut hanyalah kejadian yang kebetulah
saja. Namun didalam hati kedua anak kembar itu masih sangat penasaran
dengan batu dan burung putih tersebut.
Malam yang sungguh
melelahkan bagi Hazor, itu pertama kalinya pergi
memancing bersama kakeknya, dia kemudian beranjak dari tempat duduknya
dan disusul oleh Kehila. Mereka pergi menuju keruang tengah, Hazor
menyalakan TV dan mencari film kesukaannya, meskipun sudah beberapakali
mengganti syarannya, anak itu tetap tidak mendapat film yang dia
sukai, kemudia dia pergi ketempat tidurnya untuk beristirahat setelah
seharian memancing. Sedangkan Kehila tetap berdiam di tempat duduknya
tanpa melakukan sesuatu. Kehila kemudian mengambil batu itu di meja
makan, lalu membawanya ke kamarnya.
Keesokan harinya setelah
sarapan pagi, Ayah Asyer memanggil Hazor untuk
pergi memancing, namun Hazor tidak mau lagi untuk pergi setelah
kejadian yang ia alami kemari. Meskipun demikian, Ayah Asyer tidak
memaksa cucunya untuk pergi lagi dan mengerjakan aktivitas yang ia
kerjakan setiap harinya.
“kalau begitu, kamu jangan pergi bermain
terlalu jauh ya…!!!” kata
kakeknya sambil menasehati cucunya.
“ia ke’, saya cuman main
dibelakang rumah aja…” jawab Hazor
“Hazor…, coba kamu kemari…”
teriak Kehila sambil memanggil adiknya
“ia…, tunggu sebentar.”
jawab Hazor
“Hazor pergi sama kaka’ dulu ya ke’…” sambung Hazor
meminta pamit
kepada kakeknya.
“ia, tapi ingat pesan kakek ya…” kata ayah Hazor
sambil mengingatkan
cucunya tentang nasehat yang dikataknya tadi.
Hazor kemudian
segera pergi menuju ke kakaknya yang berada dibelakang
rumah setelah mendengar perkataan kakeknya.
“ia, ada apa ka’...”
tanya Hazor setelah.
“coba kamu lihat burung itu…” jawa Kehila
sambil menunjukkan burung
putih yang berada diatas pohon.
“ia… tapi apanya yang beda…”
Hazor mengamati burung tersebut.
“coba kamu lihat ini, dia juga
membawanya.” Sambil mengeluarkan batu
dari kantong bajunya, Kehila juga memperlihatkan batu yang sama yang
berada di paruh burung itu.
“saya yakin burung itu ingin
memperlihatkan sesuatu kepada kita dengan
batu itu.” Sambung Kehila sambil meyakinkan adiknya.
“terus,
kita haru gimana ka’.” Kata Hazor.
“aku juga tidak tau.” Dengan
mimik wajah yang kebingungan harus berbuat
apa, Kehila menjawab adiknya.
Kedua anak itu berdiam diri tidak
tahu harus berbuat apa. Dalam suasana
yang masih kebingungan, tiba-tiba burung itu beranjak dari tempatnya.
Tanpa
berpikir panjang Kehila mengatakan sesuatu kepada adiknya,
katanya; “kita harus mengikuti burung putih itu…!”
“tapi ka’.”
Kata Hazor dengan sedikit perasaan takut
“tadi kakek bilang klo
kita tidak boleh pergi bermain terlalu jauh dari
rumah…” sambung Hazor sambil memperingati kakaknya.
“kita kan
tidak pergi jauh, nanti kita pulang lagi.” Kata Kehila sambil
membujuk adiknya
“aka tidak ikut ah…, nanti kakek marah.” Hazor
mengingat pesan dari
kakeknya
Melihat adikya yang bersikeras untuk tidak ikut dan
mendengar nasehat
kakek mereka, Kehilapun tidak jadi untuk mengikuti burung tersebut.
Meskipun dalam hati kehila sangat ingin untuk mengikuti burung itu
karena masih penasaran, Kehila tidak mau mengambil resiko untuk tetap
melanggar larangan kakeknya. Setelah anak kembar tersebut melupakan
kejadian tadi, mereka melakukan aktivtas mereka seperti biasanya,
bermain dan bercanda. Tidak lama setelah itu, suara panggilan terdengar
dari dalam ruang dapur, mereka dipanggil untuk makan siang. Namun
setelah Kehila melangkah masuk pintu, suara burung gagak putih itu
terdengar sangat jelas ditelinga anak sulung itu. Meskipun Hazor
mendengarnya, dia terhenti sejenak lalu masuk ke dapur disusul oleh
Kehila yang bertambah penasaran dengan batu yang ada didalam kantong
bajunya dan yang dia lihat pada paruh burung putih.
Melihat
cucunya yang sedikit gelisah pada saat makan siang tadi, ibu
Asyer menoleh ke ayah Asyer dan terlihat sangat prihatin melihat
cucunya yang selalu memikirkan batu itu.
“sebenarnya batu itu…”
dengan hati yang ingin membuat cucunya untuk
tidak memikirkan batu tersebut, ibu Asyer ingin menjelaskan batu itu.
Mendengar
perkataan neneknya, Kehila dan Hazor langsung memperhatikan
neneknya
“sebenarnya batu itu hanyalah batu biasa yang dibawah
oleh burung gagak
putih itu, mungkin dipakai untuk membuat sarang.” Tambahnya
“nah
kan…. saya bilang juga apa… tu kan cuman batu biasa…” Hazor
langsung bangun dari kursinya berbicara dan sedikit meledek kakaknya.
Melihat
Hazor yang bersemangat, kakek dan neneknya menyambutnya dengan
senyuman. Namun Kehila tetap terlihat diam.
“tapi ne’…,” Kehila
berbiara dan terlihat ingin membela dirinya.
“tadi burung itu
membawa batu seperti ini lagi…” kata Kehila yang
berusaha membuat orang agar tetap yakin bahwa burung itu ingin
menyampaikan sesuatu kepadanya.
“Kehila…, kalau kamu selalu
memikirkan hal tersebut, itu akan membuat
pikiran kamu menjadi terganggu” Sambung kakek Kehila untuk membuat
cucunya agar tidak memikirkn hal yang akan membuatnya terganggu.
Mendengar
perkataan kakeknya, Kehila sadar kalau hal tersebut hanya
akan menjadi beban pikirannya. Pada saat malam tiba, Kehila tidak bisa
tidur memikirkan apa yang dikatakan oleh kakek dan neneknya dan selalu
terbayang-bayang dalam pikirannya, meskipun malam sudah begitu larut,
Kehila malah mengambil batu tersebut dan sesekali mengamat-amatinya.
jam diatas meja sudah menunjukkan pukul dua lewat tigapuluh tujuh
menit, nyala lampu dalam kamar kehila tidak terlalu terang sehingga
membuat ruangan itu terlihat sangat teduh, ditambah dengan heningnya
malam, kain jendela Kehila sengaja ia belum tutup dan cahaya bulan
sesekali memasuki kamar itu jika bulan tidak tertutup oleh awan. tidak
ada suara yang terdengar dari dalam ruangan itu. Mata anak kembar itu
kini terlihat letih, wajahnya menunjukkan wajah yang sedikit mengantuk,
Kehila kemudian bangun dari tempat tidurnya dan ingin menutup kain
jendela kamarnya. setelah menarik kain tersebut, tangannya menahan
setelah jendelanya setengah tertutup, ia terus memandang keluar
jendela. Wajah yang tadinya terlihat letih karena mengantuk kini
berubah menjadi mimik wajah yang kaget dan takut, bulu tangannya yang
sangat halus, terangkat sedikit demi sedikit, menjadikan seluruh tubuh
anak itu merinding ketakutan. sesuatu dibelakang rumahnya membuatnya
sedikit ketakutan namun dia terus memandanginya, sebuah cahaya bersinar
terlihat lembut dan halus berwarna putih sedikit kemerahan terlihat
sedikit jauh dari belakang rumahnya, jantung anak sulung itu berdebar
lebih keras dari yang biasanya karena ketakutan, namun anak itu terus
memandang kearah cahaya tersebut, sinar yang terlihat dari dalam hutan
itu kini mulai padam sedikit demi sedikit, namun kehila terus
memandangnya sampai cahaya tersebut benar-benar tidak terlihat sama
sekali dan digantikan oleh cahaya bulan yang hanya bersinar melalui
lubang-lubang awan yang lewat.
Kehila kemudian cepat-cepat
menarik kain jendelanya yang sempat
terhenti, lalu segera lari ketempat tidurnya dan menutupi seluruh
tubuhnya dengan selimut yang tebal, meskipun sesekali anak itu
munurunkan selimutnya dari atas kepalanya untuk mengecek sesuatu,
setelah itu langsung menariknya untuk menutupinya kembali.
Bagus..
ReplyDeleteTapi ada yg penyampaiannya kurang jelas, misalnya tentang ibunya Kehila n Hazor sebelum ayah mereka meninggal...
Meski gitu sebenarnya juga ga pengaruh2 amet sih ke keseluruhan ceritanya, hehehe...
Keep up the good story, GBU ^^
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete