Legenda LANDORUNDUN, Sang Putri Berambut Panjang dari Toraja


Di sebuah dataran tinggi di daerah gunung sesean yang ada di Toraja Utara, tinggal satu keluarga bangsawan yang bernama Salokang yang berasal dari Rongkong dengan istrinya yang cantik rupawan bernama Lambe' susu.

suatu hari, tibalah saatnya sang istri dari Salokang untuk melahirkan, seperti ritual orang melahirkan pada umumnya untuk saman itu, dipanggillah orang-orang atau para tabib untuk membantu persalinan sang istri.

setelah melalui proses panjang, sang istri kemudian melahirkan seorang... hmm jenis kelamin sang bayi belum di ketahui, melihat rauk wajah orang-orang yang membantu dalam persalinan, pasti ada sesuatu yang aneh ditambah tidak terdengar suara tangisan sang bayi, dan benar, Sang Putri yaitu Lambe' Susu tidak melahirkan seorang anak seperti wanita pada umumnya.

yang keluar dari rahimnya justru tidak seperti seorang bayi. melainkan seperti sebuah batang Pakis yang dililit atau di bungkus oleh rambut panjang dan tebal.

mengetahui hal itu, Salokang sangat kaget serta kuatir dan berpikir apakah yang dilahirkan istrinya itu seorang manusia atau apa.?


dengan rasa penasaran, kekuatiran dan rasa takut akan apa yang telah terjadi, kemudian dia memanggil tetua-tetua atau pemuka-pemuka adat yang diberi gelar TOMINAA untuk melakukan sebuah ritual doa dan meminta petunjuk Sang Mahakuasa akan apa yang telah terjadi. karna di sana belum ada agama saat itu sehingga Sang Pencipta dikenal oleh orang Toraja dengan julukan PUANG TITANAN TALLU DAO MASSUANGGANA BATARAN, PUANG TIRINDU BATU LALIKAN TU TONTONG NA PENOMBAI MINTU'NA MA'RUPA TAU.

setelah melakukan ritual doa, sebuah keajaiban muncul, dari dalam balutan rambut tadi, terdengar suara tangisan bayi. rambut itu tiba-tiba tergelincir dan muncullah seorang bayi perempuan mungil yang sangat cantik, lalu orangtuanya memberikan nama Datu Landorundun.

Sekian tahun pun berlalu, Sang Putri Datu Landorundun bertambah dewasa dan memiliki paras yang sangat cantik, kulit yang sangat mulus bersih dan selalu wangi (mungkin karna putri bangsawan jadi wajar dia selalu wangi).

diceritakan bahwa kecantikannya tidak tertandingi di daerah itu bahkan di Toraja kala itu. Selain itu, dia memiliki rambut yang sangat panjang dan diukur dalam bahasa Torajanya adalah sangpulo pitu da'pana tallu ratu dangkanannana atau 17 deppa di tambah 300 jengkal atau sekitar 25,5 meter (... Omegat)

setiap pagi, Landorundun ini ditemani dayang-dayangnya pergi ke sebuah sumur untuk mandi dan mencuci rambutnya yang kadang menggunakan SARAKKA' BULAWAN atau sisir yang terbuat dari emas. ketika sang putri mandi, rambutnya yang panjang itu di uraikan di atas tempat yang terbuat dari bambu yang dibuat kusus untuk menguraikan rambut landorundun. jadi mungkin saat dia mandi, rambutnya yang terurai panjang itu, di cuci oleh dayang-dayangnya.

nah pada suatu hari, ketika sedang mencuci rambutnya, ada sehelai rambut landorundun putus. rambut yang terputus ini kemudian diambil oleh dayang-dayangnya lalu di gulungkan ke sarakka bulawan ini (Sisir emas) dan di letakkan diatas batu di pinggiran sumur.

Yang kebetulan, di bawa sumur tempat Landorundun mandi, ada Sungai yang mengalir, dikenal sebagai sungai Tangnga. setelah beberapa saat, datanglah hujan badai, hujan yang sangat keras lalu menjatuhkan SARAKKA' BULAWAN ini kedalam muara sungai.

mungkin karna tergesah-gesah karna gemuruh hujan saat itu, Datu Landorundun lupa membawa sisirnya kembali, sampai tibah dirumahnya dan berusaha mencari namun tidak di temukannya sama sekali,

Putri Landorundun sangat sedih atas kehilangan SARAKKA' BULAWANnya itu sehingga memerintahkan setiap orang untuk mencarinya namun tetep tidak menemukannya. -----

SARAKKA' BULAWAN yang dililiti rambut itu pun terbawa arus hingga ke daerah Malangngo’ Rantepao mengikuti aliran sungai tangnga yang berakhir di sungai sa'dan. tidak sampai disitu, rambut itu juga terbawa arus aliran air sungai Sa'dan yang melintasi beberapa wilayah di daerah Sulawesi Selatan hingga sampai ke  lautan di wilayah kerajaan Bone ketika itu.

berhari-hari Landorundun bersedih atas kehilangan barang kesayangannya yang membuatnya menangis lalu berbicara dan bertanya kepada seekor burung (diceritakan sebagai burung walet – burung layang-layang)

"Eee kaluppini... ta'demo tu Sarakka bulawanku, passuru bulawanku, iya manna ku rannuan untunduina' unrundun beluakku, lama'pamo'i.?" -----(Hii walet (burunglayang-layang), sudah hilang sisirku,... sisir emasku, hanya itu satu-satunya yang bisa aku gunakan untuk menyisir (meluruskan) rambutku. apa yang harus aku lakukan sekarang ini??

lalu burung itu menjawab "da'mo mu tumangi' Landorundun, ki malemora unnula' lolonganna sakke', unrundun randanna salu unpasalongngi mata lako iti' sarakka' bulawan" ---- (intinya, burung ini menghibur Landorundun agar tidak menangis lagi dan mereka akan pergi menyusuri sungai atau arus air untuk mencari sisir emas itu)

dan lagi "tapi.. apa yang harus kami perbuat jika sisirmu itu telah di ambil oleh orang lain.?

jawab ladorundun "jika dia perempuan akan saya jadikan saudara dan jika dia laki-laki akan saya jadikan suami."

kemudian burung itu terbang menyusuri sungai hingga ke lautan wilayah kerajaan Bone.

saat itu pangeran dari kerajaan Bone yang bernama BENDURANA pergi mandi ke pinggiran laut bersama dengan pengawal-pengawalnya, tiba-tiba dilihat di tengah laut sebuah sinar yang berkilau-kilauan keemasan karena terkena cahaya matahari.

karna penasaran, pangeran ini memerintahkan pengawalnya untuk pergi mengambil benda tersebut, namun satu per satu pengawal yang disuru pergi mengambilnya pulang dengan tangan kosong dan dalam keadaan cacat, ada yang buta, lumpuh, jadi bungkuk, atau telinganya hilang dan bahkan salah satu pengawalnya yang paling kuat dan memiliki kelebihan lain tidak kembali dan meninggal di laut itu.

saking penasarannya, tampa takut melihat kejadian-kejadian yang menimpah pengawalnya, sang pangeran ini sendiri yang pergi berjalan masuk kedalam tengah laut untuk mengambil benda itu dan berhasil meraihnya, bahkan kaki dan kukunya pun tidak basah terkena air.

*ya dikisahkan kalau orang-orang jaman itu memiliki kesaktian-kesaktian ya sobat.

saat meraih benda itu, dia heran dan takjub melihat sisir emas yang di balut oleh sehelai rambut panjang setelah di lepaskan dari sisir itu dan mengukurnya.

"DEWI dari mana gerangan yang memiliki rambut ini dan yang telah melukai pengawal-pengawalku?" kata Bendurana yang berniat mencari dan menemukan Sang DEWI pemilik sisir emas.

saat berkata demikian, tiba-tiba datanglah segerombolan burung walet menghapirinya dan salah satunya berkata dengan nada bersenandung "aku melihat seseorang yang memiliki rambut itu, elok tubuhnya, cantik parasnya, dialah Landorundun, ada hulu sungai, Sumber asalnya air,
Gumpalan timbunan busa air"

setelah mendengar burung itu, Bendurana dan pengawalnya mengambil kapal yang sangat indah dengan berbagai ukiran-ukiran menarik dan mengikuti arah terbang burung-burung tadi.

dari laut dan mengarah menyusuri sungai sa'dan hingga sampai di Tana Toraja dan terus mengikuti burung-burung tadi. Bendurana terus menginyusuri sungan hingga sampai di MINANGA dan akhirnya tersesat.

ketika burung-burung tadi melihat, mereka kembali berkata dalam lantunan "Tersesat, sudah tersesat,     Benarkanlah arah dan tujuannya
                         Di sana di hulu sungai
                         Asal mulanya busa air
                         Sumber asalnya air,
Gumpalan timbunan busa air berada,
kembali, kembalilah.

 Bendurana mendengar seruan para walet di udaara itu, lalu ia ingin mengubah arah perahunya namun tidak bisa perahu itu mundur kebelakang dari daerah MINANGA hingga tiba di Malangngo', daerah Rantepao yang kini menjadi bagian dari Toraja Utara, karna Tana Toraja saat itu masih belum terbagi menjadi dua bagian.

saat Bendurana berusaha memaksakan untuk memutar perahunya, tiba-tiba perahu itutersangkut di sebuah batu. (konon perahu ini menjadi batu dan sampai sekarang masih ada di Sungai di malangngo)

lalu Bendurana meninggalkan perahunya dan terus menyusuri sungai bersama pengawal-pengawalnya hingga tiba di tempat yang bernama bubun batu di desa Pangala' (Kecamatan Rindingngallo). Di tempat itu Bendurana langsung bertemu dengan Landorundun dan sangat takjub melihat kecantikan dan keelokan yang dimiliki oleh Landorundun. kemudian Landorundun bertanya dalam bentuk pantun atau LONDE dalam bahasa Toraja, katanya:

                        Apa tujuan apa maksud tuan
                        datang ke negriku (tondokki)
                 Adakah engkau memberi piutang
                 Dan engkau datang menagihnya?

Benduranapun menjawabnya dalam bentuk pantun, katanya:
                        Saya tidak berpiutang
               Menagih utang yang lama pun tidak
            selain sisir emas ini yang dililiti oleh rambut panjang
                        yang telah aku temukan di tengah laut di daerah bone
                        aku datang hendak melihat pemilik benda ini.

kembali Landorundun menjawab, katanya : sisirku, sisirku, sisir emasku yang telah hilang terbawa oleh air (arus).

jawab BENDURANA : Oke, fix, sekarang aku akan mempersunting engkau menjadi istriku.

tetap Landorundun mejawab lagi katanya :
tiada gunanya engkau medekatiku, ibu, ayar serta keluarga-keluargaku belum mengisinkan aku.

maka pergilah BENDURANA dengan perasaan yang sangat kecewa, namun belum putus asa sampai disitu. kemudia sang pangeran Bone ini pergi menanam sebuah pohon mangga di dekat tempat Landorundun biasa mandi.

ajaibnya, mangga ini tidak seperti mangga biasa pada umumnya, mangga ini cepat besar dan berbuah.

saat itu, BENDURANA pergi naik ke Gunung Sesean sambil mengintai pohon mangganya. saat Landorundun melihat mangga itu sudah masak, dia mengambilnya lalu memakannya dan tidak menyadari kalau mangga itu adalah milik Sang Pangeran.

kembalilah Sang pangeran dari Gunung sesan dan berkata " Siapa yang telah mengambil manggaku, buah kesayangku.?"

Landorandun merasa tersinggung mendengar sindiran Bendurana, lalu ia berkata:
                Siapa yang mengambil buahmu
                Siapa yang memakan manggamu
                Beri tahu si anak gembala
                Bersama anak penjaga kerbau
                   
        Setelah Bendurana mendengar jawaban Landorundun, maka ia memanggil semua anak gembala yang ada di sekitar tempat itu, dan menanya satu per satu. Anak-anak gembala itu menjawab, "Kami tidak pernah mengambil apalagi memakan mangga Bendurana." Ada seorang di antara mereka berkata:

                Landorundun mengambilnya
                Memakan buah mangga itu
                Bersama dayang-dayangnya

        Mendengar kata-kata anak gembala itu, Landorundun lalu mengaku dan berkata, "Akulah sebenarnya yang mengambil buah manggamu dan terserah kepadamu, hukuman apa yang harus kujalani." Pada saat itu Bendurana memutuskan untuk menikah dengan Landorundun, dan keputusan itu diterima oleh Landorundun.

Bendurana menyampaikan kabar itu kepada Kerajaan bone untuk menikahkannya berdua lalu Bendurana pergi membawa Landorundun pergi ke bone.

tertapi ibu Landorundun yaitu Labe' Susu masih belum terlalu iklas melepas kepergian anak sematawayangnya lalu mengikutinya dari belakang. ketika itu hujan sangat deras dan angin benar-benar seakan marah, kilat menyambar-nyambar di daerah tempat ibu Landorundun menyusul lalu  yang bernama ---TA'PAN KILA'---' (katanya menjadi nama kampung saat ini)

tidak sampai disitu, untuk melihat anaknya yang sudah pergi sangat jauh, Lambe' Susu naik kebuah bukit batu agar dapat melihat anaknya.

dengan berat hati dan sangat bersedih, dia berkata "sudah pergi, anakku benar-benar sudah pergi, pergi dibawa Bendurama ke daerah bone."

tempat ibu Landorundung melihat anaknya dari jauh dinamai --"TIROAN"--- dan juga menjadi nama kampung sampai sekarang.

saat Lambe' Susu turun dan terus melihat ananya. malampun datang dan dia tidak melihat lagi anak yang telah pergi bersama Bendurana. dan nama tempat dia melihat itu adalah ---MATA MABONGI-- (juga menjadi nama kampung hingga sekarang )karena dia masih sangat ingin melihat anaknya pergi namun gelap sudah melingkupi.

namun belum sampai disitu, dia masi berharap untuk bisa melihat kepergian anaknya untuk terakhir kalinya namun tiba-tiba kakinya tenggelam disebuah semak. dan nama itu dia namai "MENLAMMAK" yang juga menjadi nama kampung hingga saat ini.

lalu menangislah LABE' SUSU karena anaknya yang benar-benar pergi di negri sebrang dibawa oleh BENDURANA, Pangeran dari bone.

catatan:

-menurut cerita LANDORUNDUN di makamnkan di daerah daya,makassar.

-sumur tempat iya selalu mencuci rambutnya konon masi ada di Toraja Utara

-serta ada sebuah MUSEUM di daerah Jl Landorundun, Penania, Rantepao, Toraja Utara



http://raputallangku.blogspot.com/
http://langkanmaega.com/
https://www.karebatoraja.com/
http://ceryat.blogspot.com/2014/08/landorundun-cerita-rakyat-tana-toraja.html

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung... TYM