penasaran siapa pemilik legenda ini.?
jika kalian pernah ke Tana Toraja, tepatnya di Makale, kalian akan melihat sebuah kolam yang di tengah2nya ada sebuah patung besar berdiri di tengah kolam makale.
Yup, Patung Lakipadada.
Konon, Dahulu kala, ketika zaman dimana Tuhan dan manusia bisa saling berinteraksi langsung melalui sebuah tangga yang biasa di sebut "Eran di Langi`". nah pada zaman inilah Puang Lakipadada hidup.
Dikisahkan bahwa seorang raja pertama di Kapuangan Kalindobulanan Lepongan Bulan yaitu Puang Tamboro Langi’ dengan julukan Puang Tomatasak I yang konon dia juga adalah leluhur raja-raja di Kerajaan Tallu Bocco yg pertama (Toraja, Luwu, Gowa)
kemudian Puang Tamboro Langi’ memperisteri puteri cantik bernama Sandabilik dari daerah aliran sungai sa'dan di Sapan Deata, dan kemudian melahirkan 4 orang anak, yaiutu :
1.Puang Papai Langi’,
2.Puang Messok,
3.Puang Sanda Boro dan
4.Puang Tumambuli Buntu.
Lalu Puang Sandaboro menikah dengan seorang Putri bernama Puang Bu’tui Pattung atau bisebut juga Ao’ Gading, yang berasal dari Batu Borrong dari pernikahan inilah kemudian lahir Puang Lakipadada.
Oh iya, kata "Puang" ini bukan sebuah nama ya, melainkan sebuah gelar tertinggi untuk para raja dan bangsawan yang sangat dihormati di sana.
Seiring berjalannya waktu,sungguh kagetlah dia ketika saudara perempuan Lakipadada yang paling dia sayangi meninggal dunia pada usaia masih sangat muda. kemudian satu persatu orang yang dia sayanginya juga meninggal dunia, dari ibu, saudara-saudaranya, bahkan pengawal-pengawal dan hambanya-hambanya.
Kejadian-kejadian ini membuat Puang Lakipadada menjadi ketakutan setelah mengetahui semua orang bakalan mati dan terus merenunginya sehingga muncullah pikirannya untuk mencari mustika yang membuat orang hidup kekal abadi yang disebut kala itu disebut “pedampi tangmate” agar dia bisa hidup kekal tanpa dihantui kematian.
Kemudian Puang Lakipadada pergi mengembara dengan sebuah senjata, meninggalkan kampung halamannya untuk mencari mustika Pedampi Tang mate. setelah beberapa waktu lamanya mencari, berhentilah dia di sebuah pohon untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanannya.
pada saat sedang beristirahat, dia melihat seorang kakek berjenggot datang menghampirinyadan berkata "wahai Lakipadada mau kemanakah engkau sehingga kau datang ketempat ini"
lakipadada menjawab bahwa dia akan pergi mencari kekekalan yaitu Pedampi Tang Mate. lalu kakek itu kembali membalas bahwa apa yang kamu cari itu tidak akan pernah kamu temukan karena semua orang akan tetap mati pada saatnya.
tetapi Puang lakipadada terus berkelana melanjutkan perjalanannya hingga tiba di pinggir laut. karnah sudah sangat lelah, dia kembali beristirahat di tempat itu. tiba-tiba datanglah seekor kerbau belang-belang atau kerbau bulan. sama seperti kakek tadi, kerbau itu berbicara kepadanya, katanya "Wahai Lakipadada, mengapa engkau disini, mau kemanakah engaku, apakah kamu tidak tersesat.?"
jawabnya "Saya ingin pergi menyebrangi lautan tetapi tidak kuat untuk berenang."
kemudia kerbau itu berbicara lagikatanya "saya akan membantumu menyebrangi lautan dengan syarat, kau harus berjanji bahwa keturunanmu tidak akan memakan keturunanku,” lakipadada menyetujuinya.
setibanya di sebrang, dia bertemua seorang kake sakti berjenggot putih yang berkata "apa yang tujuanmu datang ketempat ini? karena belum ada satu manusiapun yang datang ketempat ini dan kau orang pertama yang berani datang ketempat ini"
Puang lakipadada menjawab "saya datang mencari Pedampi Tang Mate / kehidupan kekal, bisakah engkau memberitahukannya dan memberikannya sehingga saya tidak mati.?
"saya akan memberikan pedampi tank mate jika kau sanggup memenuhi syarat yang akan aku berikan" jawab kakek sakti
"ya, saya akan melakukannya"
"Bahwa 7 hari 7 malam lamanya kamu tidak boleh tidur dan tidak boleh bergerak sama sekali, (artinya mungkin di semedi atau berpuasa gitu) dan senjata (parang) milikmu itu harus selalu berada di dekatmu sampai selesai 7 hari 7 malam itu."
lalu Puang laki padada menyanggupi hal itu dan melakukan seperti yang di katakan kepadanya. tetapi baru 3 hari berselang, Puang lakipadada tertidur pulas dan sangat nyenyak.
saat si kakek ini melihat Puang lakipadada tertidur pulas,si kakek kemudian mengambil parang laki padada, mengelurkannya dari rumahnya kemudian memathakan ujungnya lalu memasukkan kembali ke rumahnya.
kemudian si kakek itu membangunkan Puang Lakipadada tetapi tidak bergeming sama sekali, keduakalinya dan ketiga kalia di bangunkan barulah dia cepat-cepat bangun. lalu si kakek berkata "mengapa engkau tertidur."
lalu lakipadada menjawab bahwa dia tidak tidur. tetapi si kakek kembali menjawab, cabutlah parangmu dan lihatlah, jika ujungnya terpotong, artinya kamu tertidur"
kemudian dia melihat ujujung parangnya dan ketahuan bahwa dia berbohong sehingga dia tidak menerima yang dia cari dan tetap akan mati.
walaupun agakkecewa, puang lakipadada tetap melanjutkan perjalanannya menyebrangi lautan akan tetapi perahu yang dia tumpangi bocor dan tenggelam dan dia berenang dan terapung-apung sampai ke pinggiran laut. saat itu, datanglah burung garuda raksasa mengambilnya dan membawanya terbang lalu menjatuhkannya di wilayah kerajaan Gowa.
kemudian, konon, dia bertemu dengan Raja Gowa dan mengobati serta membantu persalinan istrinya sang raja. Ia kemudian diangkat menjadi anak, dinikahkan dengan seorang wanita bangsawan Gowa, dan akhirnya memimpin kerajaan.
Dari hasil pernikahan Puang Lakipadada inilah menghasilkan 3 orang anak, yang nantinya akan menjadi seorang raja di tiga kerajaan terbesar di Sulawesi Selatan, yakni:
• Puang Patta La Bantan
• Puang Patta La Bunga
• Puang Patta La Merang
Ketiga anak ini menjadi pemimpin di 3 kerajaan besar di sulawesi, yakni Gowa, Luwu dan Toraja.
sekedar info bahwa Toraja bukanlah daerah dengan sistem pemerintahan kerajaan, namun dianggap setara dengan sebuah kerajaan besar karena beberapa faktor seperti kekuatan perang, jumlah masyarakat dan faktor-faktor lain).
Puang La Bunga di jadikan raja di Luwu dengan julukan “payung ri luwu”,
Puang La Merang menggantikan Lakipadada di kerajaan Gowa dengan julukan “somba ri gowa” dan
Puang La Bantan dikirim kembali ke kampung halaman leluhurnya yaitu Toraja, dengan maksud menjaga stabilitas akibat konflik antar daerah di Tondok Lepongan Bulan Tana Matari Allo.
sumber :
https://www.superkidsindonesia.com
https://dongengkakrico.wordpress.com
http://langkantoraya.blogspot.com
http://traveleza.weebly.com
http://eddypapayungan.blogspot.com
https://www.torajaku.com