KEDAI KOPI

Desclaimer, cerita ini masih berlanjut ya.

10 Bulan buka Kedai, 1 bulan belajar cari menu yang pas untuk di jual walau hancur wkw. 8 bulan hanya belajar buat base KOPI. 

Akhir bulan oktober 2024, saya resign dari tempat kerja, seharusnya awal bulan. Saya resing sudah mempertimbangkannya dengan sangat matang. Dari dulu pengen sekali buka usaha walaupun kecil-kecilan. Usaha yang ada dalam pikiranku saat itu adalah menjual minuman, jadi rencananya membeli kontener, menyewa tempat dan menjual minuman-minuman seperti yang banyak bereda di pinggir jalan saat ini.

Namun terkendala dengan jam kerja yang lebih sering pulang malam, belum ada resep yang saya tau sama sekali dan tidak ada teman yang bisa sharing-sharing tentang ide itu. Hanya bermodalkan video-video jualan miniman yang viral.

Setelah memberanikan diri resign, sebulan sebelumnya saya sudah menyewa tempat dan akhirnya secara blak-blakan muncullah kedai seperti di foto. Buka pada saat tgl 5 Oktober, sore hari sebelum buka besok paginya, belum ada resep atau minuman apa yang bisa sy jual. Wkwk. Benar-benar buta. Tapi sudah berkomitmen dari awal kalau Tanggal 5 itu harus buka. Malamnya gelisa. Dalam benak saya hanya ada coklat dan kopi. Kemudian besok paginya buka dengan bermodalkan resep dari video-video youtube. Video minuman yang sering muncul dan yang gampang saya ikuti hanya coklat walaupun setelahnya, rasmaya, amburadul.

Hari pembukaan, tidak ada kursih, pikirku hanya take away. Kursih tinggi yang saya pesan online sebelumnya ada 2, 1 sudah tiba tapi hanya pakai sekali lasnya rusak dan 1 nya lagi tidak datang-datang, pagi-pagi sekali oergi mencari kursi bakso, dan beli 2, jadi belum ada meja. (Hari ke tinga beli 2 lagi, dan hari ke 4 baru beli meja).

Hari pembukaan, Kehadiran teman-teman kerja dari kantor sebelumnya dan juga Manager saya, sangat memberi semangat. Kopi yang saya jual benar-benar rasanya hancur, masukan-masukanpunya berdatangan tapi hanya masukan biasa (beberapa bulan kemudian baru benar-benar mendapatkan masukan dari beberapa org pecinta kopi, bukan hanya sekedar penikmat kopi), jadi saya hanya bermodalkan melihat adek membuat kopi, btw saya bukan peminum kopi jadi tidak paham sama sekali tentang kopi, rasa kopi yang pas dll.

Semuanya saya persiapkan lumayan matang, kecuali resep, menu. Mulai dari Logo Cup (yang di kemudian hari tidak menggunakan itu lagi, jadi hanya cup polos), desain background, desain spanduk dll, sy desain sendiri, termasuk membuat agar menu menarik di lihat.



Oke, kembali ke paragraf awal.. 10 Bulan berlalu…

10 Bulan buka Kedai, 1 bulan belajar cari menu yang pas untuk di jual walau hancur wkw. 8 bulan hanya belajar buat base KOPI.
 
Ya 8 bulan, ikut kelas pernah, beli bukunya pernah walau bentuk digital. Dan akhir2 ini tidak jarang yang dengan entengnya meminta resep, menanyakan bahan2 apa saja yang sy gunakan dan bagaimana cara mengolahnya.

Dengan peralatan yang BENAR-BENAR seadanya, 8 bulan itu hanya belajar takaran kopi, buat base kopi. Itu belum ke jenis kopi, takaran yang bagus untuk kopi tertentu, mixing, kehalusan gilingan dan jenis mana yg cocok untuk bahan ini atau itu. Sampai2 kedai bangkrut. Kenapa.? 7 bulan itu kopiku amburadul, base, rasa kopi, jenis kopi dan jenis bahan lain untuk di padukan, rasanya benar-benar kurang banyak di minati (atau mungkin sekirtasan saya kura peminat untuk minum kopi).. yg sy syukur pelanggan lama tetap kembali hingga saat ini, walaupun hanya 1-2 org. Bahkan ada yg mengira dan menyrankan harganya di UP, ya krn di Kedai memang masih stagnan, harganya masih sama 1 bulan setelah buka. Kopi Gula Aren yang hanya 10 ribu.

1 Bulan terakhir menjelasng 3 bulan penutupan kedai, saya mencoba untuk survive, dalam keadaan sudah tidak bisa di harapkan, dalam keadaan yang benar kembali memulai dari minus, bukan dari NOL lagi tapi benar-benar minus, KENAPA DARI MINUS.? Ya dari kebangkrutan itu saya benar2 hanya tergantung ke adek, mereka yang selalu memberi support, benar-benar hanya bisa jadi benalu.! Uang makan yang meraka berikan kadang ku gunakan sebagain untuk membeli bahan, dan mencoba meracik gimana caranya supaya bisa di terima walau hanya beberapa persen. Malu.? Sangat malu, sebagai seorang kakak seharusnya sayalah yang memanjakan mereka, memenuhi kebutuhan mereka.

Kembali ke 1 bulan terakhir, setelah mencoba lagi, akhirnya, sekali lagi, saya meminta tolong ke adek untuk membelikan box keliling motor yang kemudian ku gunakan untuk keluar berkeliling menggunakan box itu sembari berjualan dan kedai sy tutup.

Harga jualan saat saya berkeliling itu, saya up hampir 90% dengan harga yang ada di kedai dan juga menggunakan bahan-bahan yang memang berkualitas. Saya menggunakan 2 harga dengan bahan premium dan non premium, dan… yup, Puji Tuhan di terima dengan baik walaupun penjualannya tidak sebanding dengan orang lain yang menggunakna gerobak sepeda liatrik dan lokasinya yang memaksa saya untuk berpindah-pindah.

Setelah di terima dengan lumayan baik, apakah penjualan kembali NORMAL.? Belum. Mengingat masa kontrak kedai tersisa 3 bulan, saya mencoba untuk kembali ke kedai, 1 minggu terakhir penjualan mulai kembali memperlihatkan hasil walaupun masih hampir sama dengan sebelumnya padahal harga yang saya gunakan masih sama dengan harga lama namun dengan bahan-bahan yang lumayan lebih bagus. Bocoran pada saat kelas, salah satu narasumber mengatakan “kalau terkadang consumen melihat kualitas dari harga, ketika hargamu sangat tidak masuk akal rendahnya, mereka akan ragu untuk mencoba walau kualitas yang kamu jual itu hampir setara dengan merek-merek lokal.”

So, cerita ini masih berlanjut namun dengan waktu yang menipis, 3 bulan terakhir kontrak di kedai selesai, dan sudah ku pastikan dengan melihat kondisi dan keuangan sekarang, aku tidak akan lanjut, yaaa mungkin pulang kampung garap sawah 😭😭


Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung... TYM