KISAH CINTAKU

Saya memiliki pacar yang sangat manis, cantik, anggun dan yang pastinya dia pintar dalam banyak hal. Kami pacaran sekitar setahun yang lalu. Tapi saya sudah menyukainya setahun sebelum kami jadian, perasaan itu muncul ketika dia masuk ke kelas sebagai  siswa pindahan dari sekolah lain. Selama setahun itu, saya terus memendam perasaanku, kadang berusaha mengungkapkannya tapi selalu saja ada yang menghalangi. Kalian ingin tahu bagaiman perjuanganku untuk mendapatkannya..?? Inilah kisahku, saya Alvin.
***
Jam istrahat, dua orang sahabat duduk atas rerumputan hijau di bawah naungan pohon ketapang di pinggir lapangan basket. Keduanya bercengkrama sambil memperhatikan beberapa siswa perempuan yang lalulalang dari kantin sekolah.
 
“Vin, besokkan Valentine, tapi sampai sekarang saya belum liat pacar kamu.!!” Kata seorang kepada yang lain. “Kamu masi suka cewe kan..?? soalnya kemarin saya liat kamu jalan sama tante-tante.” Lanjutnya sambil senyum-senyum berusaha menggoda temannya.

“Wahh sialan loh, kamu pikir saya ini cowok apaan.??” Kata Alvin yang masi tersedak air aqua setelah mendengan ucapan Rio. “Yang kemarin itu ibu-ibu nyasar, dia ingin pergi ke toko kue di sebrang, karna tidak ada kegiatan, jadi saya antar.”

“Kamu sendiri pacar kamu mana.??” Kata Alvin berdiri secara perlahan lalu menuangkan sisa air dalam botol minumannya ke atas kepala Rio.

“Waahhh Sialan, kamu cari masalah ya.??” Kata Rio dengan kepala basa, langsung berdiri dan mengejar sahabatnya.

Melihat tindakan Rio yang berusaha membalas, Alvin berlari sambil menertawai sahabatnya yang berusaha mengeringkan rambutnya sambil mengejar dengan tangannya yang satu memegang botol aqua tanpa tutup yang masih terisi setengah air. Tidak membutuhkan waktu yang lama mengerjar. Melihat Alvin yang tiba-tiba berhenti di tepi jalan menuju kantin, Rio berusahan mengendap-endap berharap bisa membalas kejadian yang menimpanya barusan. Gagal, ia malah ikut tercengang melihat sahabtanya, diam membisu, tanpa menghiraukan apapun yang akan Rio lakukan terhadapnya.

“Woiii.” Teriak Rio tepat ditelinga Alvin, yang membuatnya terkejut, “Melamun aja Loh, Liat apaan.?” Tanyanya yang kemudian sadar setelah ikut melihat apa yang di lihat Alvin. “Ooo, kamu suka dia ya..??”. Mendengar itu, Alvin hanya menoleh, rauk wajahnya masih terlihat takjub.

“Miaaa...” Teriak Rio sambil melambaikan tangannya ke arah seorang cewek yang duduk di atas kursi taman didepan kelas.

Melihat siapa yang memanggil, wanita itu ikut melambaikan tangannya. Alvin hanya tercengang melihat sahabatnya menyapa orang yang ia sendiri sulit untuk sapa. Walaupun satu kelas, tapi hal itu benar-benar sulit untuk dilakukan. Rasa heran dan Kagum mengetahui Rio yang bukan teman kelasnya bisa dengan mudah menyapa Mia, bahkan saling mengenal satu sama lain. Tiba-tiba rasa gelisa muncul, hal yang paling ingin dilakukan Alvin dari tadi adalah menghentikan tingkah Rio, namun terlambat, anak itu suda menyambangi Mia yang duduk bersama teman-temanya.

“Alvinnn,...” Teriak Rio menyadarkan lamunan Alvin. Membutanya benar-benar salah tingkah. Walaupun gugup, dengan berani Alvin mendekati mereka.
***
“Kamu suka dia tapi kenapa kamu tidak ungkapkan.?” Kata Rio dengan ransel hitam sambil menuruni tangga sekolahnya.

“Kamu kenal Mia darimana.?” Kata Alvin berhenti melangkah dan menatap Rio dengan wajah serius yang membuat sahabatnya ikut berhenti.

“Ooo itu, Mia dulu teman Sekolah di SMP, kenapa..? Problem.?” Sahut Rio, “Andaiii saja, saya belum pacaran dengan Yuna, saya pasti bakalan nembak dia.” Lanjut Rio melirik temannya berusaha membuatnya cemburu.

Alvin hanya diam sambil berjalan kembali.

“Ehh, kenapa kamu tidak nembak aja.?? Mumpung dia masih jomblo lohhh.”

“Saya tembak dengan senapan Air atau Senapan Angin.??” Tanya Alvin sambil tertawa. Mendengar itu, Rio menoleh Alvin kemudian memalingkan wajahnya sambil mendecak.

“Saya sudah berusaha beberapakali tetapi selalu gagal. Dan yang terakhir, kemarin saat berduaan di kantin, hal ini benar-benar membuatku malu  untuk kembali bertemu dengan ibu kantin.” Kata Alvin sambil mengingat kejadian kemarin saat berduaan dengan Mia di kantin sekolah. Walaupun satu meja dan saling berhadapan, Alvin tetap berusaha berpura-pura untuk terlihat sibuk dengan Laptopnya walaupun sesekali Mia mengajaknya berbisacar, dia tetap berusaha acuh tak acuh, mereka satu kelompok dalam menyelesaikan sebuah tugas, dan dua temannya yang lain telah kembali masuk kelas, mereka berdua berusaha mencari bahan-bahannya di dalam internet walaupun sesekali menoleh ke beberapa buku yang bertebaran diatas meja, mereka tetap saling membisu satu sama lain.

Namun ketika Mia berdiri ingin beranjak dari kursinya, Alvin tiba-tiba berdiri. Mia yang sudah mulai melangkah, berhenti seketika. Dengan memberanikan diri, Alvin mengungkapkan isi hatinya dengan mata tertutup berharap tidak ada orang lain yang mendengar. Namun, Plooonngg, dia tiba-tiba tersadar setelah merasakan sesuatu menimpa kepalanya. dengan wajah merah merona, senyuman yang dipaksakan untuk menutupi rasa malunya dia arahkan kepada orang yang kini berdiri didepannya sambil menggosok-gosok kepalanya yang kesakitan.

“Alvin, Alvin, Saya sudah punya cucu.” Kata ibu kantin dengan senyuman menggodainya, walaupun dia tau bahwa Alvin mengarahkan ucapan itu kepada Mia. “Kau mengatakannya di saat yang tidak tepat.” Lanjutnya yang masih memegang tutup panci sambil melihat Mia berjalan kearah sambil mendengarkan musik melalui headshetnya setelah sebelumnya berhenti mengambil ikat rambut yang ketinggalan.

“Kenangan itu benar-benar membuatku malu. Tapi a..” Ucap Alvin berhenti seketika, kebingungan melihat temannya tiba-tiba berhenti.

“Vin..” Kata Rio tanpa memalingkan pandangannya menyiku Alvin. “Dekati, kamu ajak dia untuk pulang bersama, rumah kalian kan berdekatan.” Lanjutnya, dia sudah mengetahui kalau Alvin juga Melihat Mia yang berjalan keluar dari gerbang sekolah.

“Iya, teman yang ditemaninya juga cantik.” Kata Alvin meninggalkan Rio. Dia mulai berlari mendekati Mia.

“Mau Pulang.?” Sapa Alvin dengan pedenya. “Pulang bareng yahh.” Tambahnya terus menatap kedepan, dia benar-benar tidak berani untuk memalingkan wajahnya sedikit saja. Dia sadar kalau Mia Melihatnya dengan senyuman. Bertanda itu adalah jawaban ya.

Sepanjang perjalanan, suasana tetap sepi, suara angin yang berhembus dan dedaunan yang terbawa angin cukup jelas terdengar. Sesekali Alvin melirik Mia namun dia langsung memalingkan wajahnya ketika Mia menoleh kearahnya.

“Terimakasih yah sudah menemani jalan.” Kata Mia berdiri didepan Gerbang rumahnya. “Kamu tidak singgah dulu.?” Tawar Mia membuat wajah Alvin merah merona.

“A..aaanu, Mm..mu..mungkin lain kali aja.” Katanya tersipu malu. “Mmm, Mia,..” panggil Alvin setelah Mia mulai melangkah masuk rumahnya.

“Yaa..” Jawab Mia kebingungan.

“Mmm, Saya boleh minta tolong tidak.?” Harap Alvin. Rasa canggungnya menghilang seketika. Dia mengeluarkan sebuah Amplop pink daridalam tasnya dan menyerahkannya kepada Mia. “Saya suka samaaa....... Hmm.. samaaa..” Dia kembali gugup.

Kini Mia ikut canggung, berusaha ingin mengatakan sesuatu tapi serasa ada yang menahan di tenggorokannya.

“Saya ingin nembak teman kamu, tapi..” Kata Alvin sedikit terbata-bata menyerahkan Amplop pink kepada Mia yang terlihat dengan senyuman kecewa.

“Siapa..?” Tanya Mia, suaranya benar-benar terdengar gugup tercampur kecewa.

“Mmmm, Foto dan namanya ada kok di dalam Amplop. Saya harap kamu bisa menyampaikan amplop itu, suratnya juga ada didalam.” Jawab Alvin tanpa menghela nafas. “Mmmm saya pulang dulu ya, terimakasih sebelumnya.” Kata Alvin langsung berjalan cepat meninggalkan Mia, rasa Malunya tiba-tiba menyelimuti. Dia berhasil mengikuti saran dari ibu kantin.

Dengan rasa lemas dan sedikit kecewa, Mia masuk kedalam kamarnya, melempar tasnya keatas tempat tidur dan langsung membuka Amplot yang diberikan Alvin. Rasa haru, Bahagia dan waooo, yang dirasakan Mia benar-benar sulit di ungkapkan, melihat fotonya yang ada di dalam amplop, dia hanya bisa tersenyum bahagia, dengan cepat dia menarik dan membaca surat yang ada di dalam Amplop.

Dear Mia.
Mia, saya bukanlah orang yang pandai dalam merangkai sebuah kata-kata yang indah, saya bukanlah orang yang pandai merayu, namun ketahuilah, ibarat bunga bakung diantara duri-duri, kau benar-benar sungguh manis diatara yang lain. Kaulah orang yang mendebarkan hatiku setiap kali aku melihatmu. dari semua yang pernah aku lihat, kehadiranmu adalah yang terindah. Saya ingin Keluhanmu menjadi kekuatanku, Kelebihanmu menjadi  sukacitaku, Kelemahamu menjadi Mata hatiku agar aku bisa melihat dan selalu menjagamu. Cinta tidaklah harus saling memiliki tetapi memilikimu akan membuatku jadi lebih kuat. Maukah kau mengisi air dalam bejanaku, menjadi orang yang spesial dalam kehidupanku..??

Besok malam, saya harap kamu bisa datang ke Cafe SIA pukul 19.00. hidupku ku pertaruhkan untuk mendengarkan jawabanmu, apapun itu, saya sudah siap. Jika bejana itu tidak bisa untuk kau isi, tetaplah menjadi temaku.

Salam Sayang,
Alvin

Dengan perasaan tenang, Mia berjalan menyusuri trotoar perumahan. Jarak rumahnya dari Cafe SIA sekitar beberapa puluh meter. Lampu-lampu penerang jalan menemani langkahnya. Dia berhenti sejenak, menerawang kearah cafe SIA, cukup ramai dengan lampu kerlap-kerlip di bagian gerbangnya. Dia memberanikan diri untuk tetap melangkah, tiba-tiba langkahnya dihentikan oleh seorang cowok yang dia kenal.

“Mia, kamu cari Alvin.?” Tanya seorang pria yang kemudian menuntun Mia setelah dia mengangguk. “Dia berada di balik dinding sana.” Lanjutnya menunjukkan dinding samping Cafe SIA yang cukup gelap, di samping dinding terdapat sebuah lapangan kecil.

“Kamu yakin.?” Tanya Mia berharap dia salah.

“Ia, dia malu-malu untuk kesini. Cepat, dia sudah menungguh kamu.” Sahut pria itu sambil mendorong Mia untuk berjalan.

“Alvin..” Panggil Mia dengan Nada Suara berbisik setelah tiba didinding yang gelap itu. “Hari ini adalah hari Valentine, tapi kok sepi..??” kata Mia dalam hati.

Tiba-tiba beberapa motor yang berjejer di tengah lapangan berbunyi dan menerangi Mia, dengan spontan, Mia menutupi wajanya berusaha menghalangi cahaya dengan tangannya.

“Mia, terimakasih sudah datang.” Kata seorang pria yang berdiri  beberapa inci dari tembok.

Mia sontak menoleh kearah orang yang berbicara setelah mengenal suara tersebut. Alvin. Rasa kagum, haru dan bahagia, terlihat cukup jelas dirauk wajah Mia. Namun semuanya itu tergantikan dengan senyuman geli yang juga membuat Alvin ikut melihat apa yang tertulis di balik tembok. Tulisan yang dirangkai dari puluhan bunga mawar.

MIAwwww
I YOU

Melihat tulisan itu, semua teman-teman Alvin yang ada di motor cekikikan.

“Oiiii..., Siapa yang melakukan ini..??” teriak Alvin kepada teman-temannya berusaha menahan rasa malu. Dia benar-benar terlihat salah tingkah. “Rio, ini pasti ulah kamu.??” Tambahnya sambil mengambil kayu yang ada disampingnya dan menghapus huruf ‘W’ yang ada di nama Mia. Dengan susahpayahnya dia menempelkan bunga-bunga itu, walaupun dengan bantuan mereka, tapi dengan mudahnya teman-temannya mengerjainya, mungkin setelah dia kembali, saat itulah teman-teman menambahkannya sambil menunggunya untuk datang kembali menunggu Mia.

“Kamu benar-benar kreatif.” Kata Mia. Mendengar itu, Alvin kembali salah tingkah, dia benar-benar terlihat grogi dan terus melanjutkan menghapus huruf ‘W’ yang terakhir.

“Thanks.” Kata Alvin membuang kayu di tangaannya, dia belum berani menatap Mia.

“Mia.” Kata Alvin Serius, kini dia memegang tangan Mia dan menatapnya.

“Maukah kau menjadi Pacar aku..??” Lanjutnya sambil berlutut.

Tiba-tiba suasana jadi gelap. Yang membuat Alvin mengumpat didalam Hati, karna semua lampu motor dimatikan.

“Mia, maukah kau menjadi pacarku.” Katanya sekali lagi berusaha memastikan. Sebelumnya dia tidak sempat melihat setelah lampu motor dimatikan, apakah Mia mengangguk atau tidak.

“Alvin, Maaf..., Tapi...” Kata Mia terputus-putus. Lampu motor kembali dinyalakan yang membuat wajah Alvin terlihat penasaran sekaligus takut untuk ditolak. “Maaf, saya benar-benar tidak bisa.., saya benar-benar tidak bisa menolak kamu.” Kata Mia dengan senyuman bahagia yang membuat Alvin tiba-tiba berdiri dan memeluknya. “Happy Valentine.” Bisik Alvin dalam pelukan Mia.
***
Kalian sudah mendengarkan kisahku, maukah kalian menceritakan kisah kalian.?? Yang jelas, kunci sukses dalam berpacaran adalah bagiku bukanlah menemukan orang yang tepat tatapi bagaimana belajar mencintai orang yang kita temukan dengan terus menerus karna cinta itu butuh waktu, usaha, energi & yang paling penting, cinta itu butuh sikap yang bijak., tapi jangan lupa, cinta itu butuh kepercayaan. Dan cinta yang dilandasi dari Iman akan menimbulkan buah kesetiaan. Sekarang kami kulia, walaupun kami berjauhan, kami tetap membangun rasa kepercayaan kami. Nah bagaimana dengan kalian.??. see you, Alvin.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung... TYM