Saya memiliki pacar yang sangat manis,
cantik, anggun dan yang pastinya dia pintar dalam banyak hal. Kami pacaran
sekitar setahun yang lalu. Tapi saya sudah menyukainya setahun sebelum kami
jadian, perasaan itu muncul ketika dia masuk ke kelas sebagai siswa pindahan dari sekolah lain. Selama
setahun itu, saya terus memendam perasaanku, kadang berusaha mengungkapkannya
tapi selalu saja ada yang menghalangi. Kalian ingin tahu bagaiman perjuanganku
untuk mendapatkannya..?? Inilah kisahku, saya Alvin.
***
Jam istrahat, dua orang sahabat duduk atas
rerumputan hijau di bawah naungan pohon ketapang di pinggir lapangan basket.
Keduanya bercengkrama sambil memperhatikan beberapa siswa perempuan yang
lalulalang dari kantin sekolah.
“Wahh sialan loh, kamu pikir saya ini cowok
apaan.??” Kata Alvin yang masi tersedak air aqua setelah mendengan ucapan Rio.
“Yang kemarin itu ibu-ibu nyasar, dia ingin pergi ke toko kue di sebrang, karna
tidak ada kegiatan, jadi saya antar.”
“Kamu sendiri pacar kamu mana.??” Kata Alvin
berdiri secara perlahan lalu menuangkan sisa air dalam botol minumannya ke atas
kepala Rio.
“Waahhh Sialan, kamu cari masalah ya.??” Kata
Rio dengan kepala basa, langsung berdiri dan mengejar sahabatnya.
Melihat tindakan Rio yang berusaha membalas,
Alvin berlari sambil menertawai sahabatnya yang berusaha mengeringkan rambutnya
sambil mengejar dengan tangannya yang satu memegang botol aqua tanpa tutup yang
masih terisi setengah air. Tidak membutuhkan waktu yang lama mengerjar. Melihat
Alvin yang tiba-tiba berhenti di tepi jalan menuju kantin, Rio berusahan
mengendap-endap berharap bisa membalas kejadian yang menimpanya barusan. Gagal,
ia malah ikut tercengang melihat sahabtanya, diam membisu, tanpa menghiraukan
apapun yang akan Rio lakukan terhadapnya.
“Woiii.” Teriak Rio tepat ditelinga Alvin,
yang membuatnya terkejut, “Melamun aja Loh, Liat apaan.?” Tanyanya yang kemudian
sadar setelah ikut melihat apa yang di lihat Alvin. “Ooo, kamu suka dia
ya..??”. Mendengar itu, Alvin hanya menoleh, rauk wajahnya masih terlihat
takjub.
“Miaaa...” Teriak Rio sambil melambaikan
tangannya ke arah seorang cewek yang duduk di atas kursi taman didepan kelas.
Melihat siapa yang memanggil, wanita itu ikut
melambaikan tangannya. Alvin hanya tercengang melihat sahabatnya menyapa orang
yang ia sendiri sulit untuk sapa. Walaupun satu kelas, tapi hal itu benar-benar
sulit untuk dilakukan. Rasa heran dan Kagum mengetahui Rio yang bukan teman
kelasnya bisa dengan mudah menyapa Mia, bahkan saling mengenal satu sama lain.
Tiba-tiba rasa gelisa muncul, hal yang paling ingin dilakukan Alvin dari tadi
adalah menghentikan tingkah Rio, namun terlambat, anak itu suda menyambangi Mia
yang duduk bersama teman-temanya.
“Alvinnn,...” Teriak Rio menyadarkan lamunan
Alvin. Membutanya benar-benar salah tingkah. Walaupun gugup, dengan berani
Alvin mendekati mereka.
***
“Kamu suka dia tapi kenapa kamu tidak
ungkapkan.?” Kata Rio dengan ransel hitam sambil menuruni tangga sekolahnya.
“Kamu kenal Mia darimana.?” Kata Alvin
berhenti melangkah dan menatap Rio dengan wajah serius yang membuat sahabatnya
ikut berhenti.
“Ooo itu, Mia dulu teman Sekolah di SMP,
kenapa..? Problem.?” Sahut Rio, “Andaiii saja, saya belum pacaran dengan Yuna,
saya pasti bakalan nembak dia.” Lanjut Rio melirik temannya berusaha membuatnya
cemburu.
Alvin hanya diam sambil berjalan kembali.
“Ehh, kenapa kamu tidak nembak aja.?? Mumpung
dia masih jomblo lohhh.”
“Saya tembak dengan senapan Air atau Senapan
Angin.??” Tanya Alvin sambil tertawa. Mendengar itu, Rio menoleh Alvin kemudian
memalingkan wajahnya sambil mendecak.
“Saya sudah berusaha beberapakali tetapi
selalu gagal. Dan yang terakhir, kemarin saat berduaan di kantin, hal ini
benar-benar membuatku malu untuk kembali
bertemu dengan ibu kantin.” Kata Alvin sambil mengingat kejadian kemarin saat
berduaan dengan Mia di kantin sekolah. Walaupun satu meja dan saling
berhadapan, Alvin tetap berusaha berpura-pura untuk terlihat sibuk dengan
Laptopnya walaupun sesekali Mia mengajaknya berbisacar, dia tetap berusaha acuh
tak acuh, mereka satu kelompok dalam menyelesaikan sebuah tugas, dan dua
temannya yang lain telah kembali masuk kelas, mereka berdua berusaha mencari
bahan-bahannya di dalam internet walaupun sesekali menoleh ke beberapa buku
yang bertebaran diatas meja, mereka tetap saling membisu satu sama lain.
Namun ketika Mia berdiri ingin beranjak dari
kursinya, Alvin tiba-tiba berdiri. Mia yang sudah mulai melangkah, berhenti
seketika. Dengan memberanikan diri, Alvin mengungkapkan isi hatinya dengan mata
tertutup berharap tidak ada orang lain yang mendengar. Namun, Plooonngg, dia
tiba-tiba tersadar setelah merasakan sesuatu menimpa kepalanya. dengan wajah
merah merona, senyuman yang dipaksakan untuk menutupi rasa malunya dia arahkan
kepada orang yang kini berdiri didepannya sambil menggosok-gosok kepalanya yang
kesakitan.
“Alvin, Alvin, Saya sudah punya cucu.” Kata
ibu kantin dengan senyuman menggodainya, walaupun dia tau bahwa Alvin mengarahkan
ucapan itu kepada Mia. “Kau mengatakannya di saat yang tidak tepat.” Lanjutnya
yang masih memegang tutup panci sambil melihat Mia berjalan kearah sambil
mendengarkan musik melalui headshetnya setelah sebelumnya berhenti mengambil ikat
rambut yang ketinggalan.
“Kenangan itu benar-benar membuatku malu.
Tapi a..” Ucap Alvin berhenti seketika, kebingungan melihat temannya tiba-tiba
berhenti.
“Vin..” Kata Rio tanpa memalingkan
pandangannya menyiku Alvin. “Dekati, kamu ajak dia untuk pulang bersama, rumah
kalian kan berdekatan.” Lanjutnya, dia sudah mengetahui kalau Alvin juga
Melihat Mia yang berjalan keluar dari gerbang sekolah.
“Iya, teman yang ditemaninya juga cantik.”
Kata Alvin meninggalkan Rio. Dia mulai berlari mendekati Mia.
“Mau Pulang.?” Sapa Alvin dengan pedenya.
“Pulang bareng yahh.” Tambahnya terus menatap kedepan, dia benar-benar tidak
berani untuk memalingkan wajahnya sedikit saja. Dia sadar kalau Mia Melihatnya
dengan senyuman. Bertanda itu adalah jawaban ya.
Sepanjang perjalanan, suasana tetap sepi,
suara angin yang berhembus dan dedaunan yang terbawa angin cukup jelas
terdengar. Sesekali Alvin melirik Mia namun dia langsung memalingkan wajahnya
ketika Mia menoleh kearahnya.
“Terimakasih yah sudah menemani jalan.” Kata
Mia berdiri didepan Gerbang rumahnya. “Kamu tidak singgah dulu.?” Tawar Mia
membuat wajah Alvin merah merona.
“A..aaanu, Mm..mu..mungkin lain kali aja.”
Katanya tersipu malu. “Mmm, Mia,..” panggil Alvin setelah Mia mulai melangkah
masuk rumahnya.
“Yaa..” Jawab Mia kebingungan.
“Mmm, Saya boleh minta tolong tidak.?” Harap
Alvin. Rasa canggungnya menghilang seketika. Dia mengeluarkan sebuah Amplop pink
daridalam tasnya dan menyerahkannya kepada Mia. “Saya suka samaaa....... Hmm..
samaaa..” Dia kembali gugup.
Kini Mia ikut canggung, berusaha ingin
mengatakan sesuatu tapi serasa ada yang menahan di tenggorokannya.
“Saya ingin nembak teman kamu, tapi..” Kata
Alvin sedikit terbata-bata menyerahkan Amplop pink kepada Mia yang terlihat
dengan senyuman kecewa.
“Siapa..?” Tanya Mia, suaranya benar-benar
terdengar gugup tercampur kecewa.
“Mmmm, Foto dan namanya ada kok di dalam
Amplop. Saya harap kamu bisa menyampaikan amplop itu, suratnya juga ada
didalam.” Jawab Alvin tanpa menghela nafas. “Mmmm saya pulang dulu ya,
terimakasih sebelumnya.” Kata Alvin langsung berjalan cepat meninggalkan Mia,
rasa Malunya tiba-tiba menyelimuti. Dia berhasil mengikuti saran dari ibu
kantin.
Dengan rasa lemas dan sedikit kecewa, Mia
masuk kedalam kamarnya, melempar tasnya keatas tempat tidur dan langsung
membuka Amplot yang diberikan Alvin. Rasa haru, Bahagia dan waooo, yang
dirasakan Mia benar-benar sulit di ungkapkan, melihat fotonya yang ada di dalam
amplop, dia hanya bisa tersenyum bahagia, dengan cepat dia menarik dan membaca
surat yang ada di dalam Amplop.
Dear
Mia.
Mia,
saya bukanlah orang yang pandai dalam merangkai sebuah kata-kata yang indah,
saya bukanlah orang yang pandai merayu, namun ketahuilah, ibarat bunga bakung
diantara duri-duri, kau benar-benar sungguh manis diatara yang lain. Kaulah
orang yang mendebarkan hatiku setiap kali aku melihatmu. dari semua yang pernah
aku lihat, kehadiranmu adalah yang terindah. Saya ingin Keluhanmu menjadi
kekuatanku, Kelebihanmu menjadi sukacitaku, Kelemahamu menjadi Mata hatiku
agar aku bisa melihat dan selalu menjagamu. Cinta tidaklah harus saling
memiliki tetapi memilikimu akan membuatku jadi lebih kuat. Maukah kau mengisi
air dalam bejanaku, menjadi orang yang spesial dalam kehidupanku..??
Besok
malam, saya harap kamu bisa datang ke Cafe SIA pukul 19.00. hidupku ku
pertaruhkan untuk mendengarkan jawabanmu, apapun itu, saya sudah siap. Jika
bejana itu tidak bisa untuk kau isi, tetaplah menjadi temaku.
Salam
Sayang,
Alvin
Dengan perasaan tenang, Mia berjalan
menyusuri trotoar perumahan. Jarak rumahnya dari Cafe SIA sekitar beberapa
puluh meter. Lampu-lampu penerang jalan menemani langkahnya. Dia berhenti
sejenak, menerawang kearah cafe SIA, cukup ramai dengan lampu kerlap-kerlip di
bagian gerbangnya. Dia memberanikan diri untuk tetap melangkah, tiba-tiba
langkahnya dihentikan oleh seorang cowok yang dia kenal.
“Mia, kamu cari Alvin.?” Tanya seorang pria
yang kemudian menuntun Mia setelah dia mengangguk. “Dia berada di balik dinding
sana.” Lanjutnya menunjukkan dinding samping Cafe SIA yang cukup gelap, di
samping dinding terdapat sebuah lapangan kecil.
“Kamu yakin.?” Tanya Mia berharap dia salah.
“Ia, dia malu-malu untuk kesini. Cepat, dia
sudah menungguh kamu.” Sahut pria itu sambil mendorong Mia untuk berjalan.
“Alvin..” Panggil Mia dengan Nada Suara
berbisik setelah tiba didinding yang gelap itu. “Hari ini adalah hari Valentine, tapi kok sepi..??” kata Mia dalam
hati.
Tiba-tiba beberapa motor yang berjejer di
tengah lapangan berbunyi dan menerangi Mia, dengan spontan, Mia menutupi
wajanya berusaha menghalangi cahaya dengan tangannya.
“Mia, terimakasih sudah datang.” Kata seorang
pria yang berdiri beberapa inci dari
tembok.
Mia sontak menoleh kearah orang yang
berbicara setelah mengenal suara tersebut. Alvin. Rasa kagum, haru dan bahagia,
terlihat cukup jelas dirauk wajah Mia. Namun semuanya itu tergantikan dengan
senyuman geli yang juga membuat Alvin ikut melihat apa yang tertulis di balik
tembok. Tulisan yang dirangkai dari puluhan bunga mawar.
MIAwwww
I ♡
YOU
Melihat tulisan itu, semua teman-teman Alvin
yang ada di motor cekikikan.
“Oiiii..., Siapa yang melakukan ini..??”
teriak Alvin kepada teman-temannya berusaha menahan rasa malu. Dia benar-benar
terlihat salah tingkah. “Rio, ini pasti ulah kamu.??” Tambahnya sambil
mengambil kayu yang ada disampingnya dan menghapus huruf ‘W’ yang ada di nama
Mia. Dengan susahpayahnya dia menempelkan bunga-bunga itu, walaupun dengan
bantuan mereka, tapi dengan mudahnya teman-temannya mengerjainya, mungkin
setelah dia kembali, saat itulah teman-teman menambahkannya sambil menunggunya
untuk datang kembali menunggu Mia.
“Kamu benar-benar kreatif.” Kata Mia.
Mendengar itu, Alvin kembali salah tingkah, dia benar-benar terlihat grogi dan
terus melanjutkan menghapus huruf ‘W’ yang terakhir.
“Thanks.” Kata Alvin membuang kayu di
tangaannya, dia belum berani menatap Mia.
“Mia.” Kata Alvin Serius, kini dia memegang
tangan Mia dan menatapnya.
“Maukah kau menjadi Pacar aku..??” Lanjutnya
sambil berlutut.
Tiba-tiba suasana jadi gelap. Yang membuat
Alvin mengumpat didalam Hati, karna semua lampu motor dimatikan.
“Mia, maukah kau menjadi pacarku.” Katanya
sekali lagi berusaha memastikan. Sebelumnya dia tidak sempat melihat setelah
lampu motor dimatikan, apakah Mia mengangguk atau tidak.
“Alvin, Maaf..., Tapi...” Kata Mia
terputus-putus. Lampu motor kembali dinyalakan yang membuat wajah Alvin
terlihat penasaran sekaligus takut untuk ditolak. “Maaf, saya benar-benar tidak
bisa.., saya benar-benar tidak bisa menolak kamu.” Kata Mia dengan senyuman
bahagia yang membuat Alvin tiba-tiba berdiri dan memeluknya. “Happy Valentine.”
Bisik Alvin dalam pelukan Mia.
***
Kalian sudah mendengarkan kisahku, maukah
kalian menceritakan kisah kalian.?? Yang jelas, kunci sukses dalam berpacaran
adalah bagiku bukanlah menemukan orang yang tepat tatapi bagaimana belajar
mencintai orang yang kita temukan dengan terus menerus karna cinta itu butuh
waktu, usaha, energi & yang paling penting, cinta itu butuh sikap yang
bijak., tapi jangan lupa, cinta itu butuh kepercayaan. Dan cinta yang dilandasi
dari Iman akan menimbulkan buah kesetiaan. Sekarang kami kulia, walaupun kami
berjauhan, kami tetap membangun rasa kepercayaan kami. Nah bagaimana dengan
kalian.??. see you, Alvin.