Kisah nyata ini terjadi pada tahun 2010 yang lalu, tentang seorang anak
bernama Ah Long yang hidup sendiri di sebuah desa di kaki bukit Gunung
Malu, Liuzhou di provinsi Guangxi, China. Umurnya baru 6 tahun, kedua
orang tuanya telah meninggal dikarenakan mengidap penyakit AIDS
berturut-turut di tahun 2008 dan 2010. kini dirawat di sebuah rumah amal
untuk sementara waktu. Sebelum diperhatikan oleh pemerintah, anak kecil
ini memasak, mencuci, dan belajar sendiri, dan ia juga memelihara
beberapa ekor ayam.
Orang-orang disekitarnya mengucilkannya
karena Ah Long diketahui dilahirkan dengan virus HIV yang mengalir di
darahnya. Ah Long harus menjaga dirinya sendiri karena kebanyakan orang
takut untuk mendekat. Satu-satunya sahabat sejatinya adalah anjingnya
yang selalu setia menemani disampingnya.
Ia telah tinggal di rumah orang tuanya di sebuah desa di kaki bukit
Gunung Malu di Liuzhou, Provinsi Guangxi, Cina. Ah Long memiliki seorang
nenek berumur 84 tahun, yang secara berkala mengunjunginya dan sering
memasak untuknya. Neneknya juga menanam sayuran di dekat rumah untuk Ah
Long.
Karena kondisi penyakitnya, orang-orang disekitarnya tidak
menghiraukannya. Sekolah tidak mau menerimanya, bahkan para orangtua
murid sepakat akan mencelakainya apabila Ah Long muncul ke sekolah dan
bermain dengan anak-anak mereka. Dokter pun tidak ingin mengobati
luka-lukanya dan neneknya – satu-satunya anggota keluarganya – menolak
untuk tinggal bersamanya. Bahkan Departemen Kesejahteraan setempat
menolak untuk merawat anak itu. Yang menjadi pendampingnya hanyalah
seekor anjing yang bernama Lao Hei.
Parahnya, Ah Long menerima tunjangan
subsistensi bulanan dari biro sipil sebesar 70 yuan (sekitar 90 ribu
rupiah), yang tentu saja tidak cukup baginya.
Sejak cerita Ah Long disorot oleh media,
anak itu telah menerima perhatian yang luar biasa dari masyarakat maupun
pemerintah di Cina. Awal bulan Desember 2010 lalu, rumah amal di kota
Liuzhou, di mana anak itu tinggal di desa kaki bukit dari Gunung Malu,
setuju untuk merawatnya. Pemerintah setempat juga akan memberikan biaya
hidup sebesar 1.200 yuan (sekitar 1,5 juta rupiah) setiap tahunnya pada
Ah Long dan neneknya.
Netizen yang peduli juga menyumbang
24.000 yuan (sekitar 30 juta rupiah)untuk membangun rumah baru untuk Ah
Long. Salah satu dari mereka, Zhang Fei, yang mengawasi konstruksi,
mengatakan bahwa rumah baru ini memiliki luas sekitar 60 meter persegi.
Rumah ini memiliki dua kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan toilet.
Sekarang, ketika Ah Long telah
‘mengungsi’ ke rumah amal, nasib rumah lamanya tidak diketahui. Tetapi
kita gembira untuk mengetahui bahwa penderitaan Ah Long sebagai orang
buangan yatim piatu dan orang yang dikucilkan masyarakat akhirnya akan
segera berakhir. Sebuah esok yang lebih baik telah menanti!
sumber : http://aksesdunia.com & http://aidsalternative.wordpress.com