Sekitar pukul 8 lewat saya pulang dari rumah teman dan rencana kembali kerumah. rumahnya berjarak sekitar 50 meter dari jalan poros. karena tidak memiliki kendaraan pribadi, saya berjalan sendirian melewati cabang jalan kecil menuju ke jalan poros untuk menunggu angkot. cahaya dari lampu jalan sesekali menerangi jalanku meskipun jaraknya berkisar antar 10-15 meter. Tidak jarang juga saya mendapati gelapnya jalan yang masih jauh dari cahaya lampu jalan.
meskipun saya sedikit merasa takut berjalan sendirian apalagi saya akan melewati kuburan kuno yang jaraknya kira-kira 10 meter dari jalan yang saya lalui ini, namun saya tetap berusaha untuk menenangkan perasaan saya yang selalu mendorong saya untuk berlari agar cepat keluar dari lorong ini, namun niat itu tidak bisa untuk kulakukan mengingat saya merasa sudah dewasa, meskipun demikian langkah kakiku tidak bisa berbohong kalau saya berusaha untuk melangkah lebih cepat lagi.
kini saya mendapatkan lampu jalan yang ke 3, dan perasaanku semakin meyakinkan saya kalau saya sebentar lagi akan keluar dari lorong tersebut. setiap cahaya dari lampu jalan yang saya lewati hanya menerangi lokasi disekitarnya saja dan kegelapan jalan lebih banyak menemaniku daripada terangnya cahaya dari setiap lampu jalan.
sebentar lagi saya akan cahaya dari lampu jalan berikutnya. namun ketika mendekat, jantungku rasanya ingin meloncat keluar
(untung tidak, kalau itu terjadi maka saya akan mati seketika) menembus tulang-tulang rusukku ketika melihat sekeliling dari daerah lampu jalan itu GELAP GULITA munkin karena bohlam dari lampunya putus atau bagaimana yang jelas perasaanku semakin menimbulkan ketakutanku. apalagi tepat sekitar 10 meter jarak dari tempat lampu itu berada terdapat kuburan kuno yang cukup membuat bulu kudu'ku terangkat dengan sendirinya.
ku percepat langkahku agar cepat pula menjauh dari tempat itu, sedikit lagi saya akan mendapti tiang dari lampu jalan yang mati itu, namu.....
(kutelan ludahku) dan berhenti sejenak, dari arah yang berlawanan sesuatu yang tidak terlalu nampak mendekat ke arahku, jantungku lebih keras bergetar dari sebelumnya, kuangkat tangan kananku dan memegang dadaku untuk menahan agar jantungku kali ini tidak akan meloncat, kakiku yang tadinya semangat berjalan maraton kini terasa lemas dan kurasakan sedikit gempa yang arahnya ternyata berasal dari kaki-kakiku yang mulai gemetar, rasanya aku ingin membuang air kecil
(kencing) namun tetap ku tahan. sosok itu juga berhenti tepat di bawa tiang lampu yang padam itu, tepat disamping tiang itu terdapat jala kecil untuk pergi ke kuburan kuno, meskipun belum perah mendengar kejadian-kejadian sekitar situ namun perasaanku benar-benar memaksaku untuk kembali ke rumah teman, namun kuberanikan diri untuk melangkahkan kakiku karna kupikir sudah cukup jauh untuk kembali. sosok itu kembali bergerak mendekatiku, terlihat rambutnya terurai hingga ke bahunya. perasaanku serta ketakutanku benar-benar mendukung ku untuk membuang air kecil.
kini sosok itu berada tepat disampingku, kuterus berjalan dengan jantung yang berdebar kencang. berusaha berpura-pura untuk tidak mengenalnya. saat itu juga sesuatu yang terasa dingin menyentuh tangan saya. keringatku memaksa untuk berhamburan keluar, kutelan air ludahku yang rasanya kering sudah tidak ada lagi, getaran jantungku kini rasanya menghancurkan batang tenggorokanku, kakiku rasanya ingin menjatuhkan saya karena getarannya, sedikit tetesan terasa dalam, celana panjangku yang berkain levis, entah itu tetesan keringat atau teteasan-tetesan lain (...) sosok itu ternyata memegang tanganku, ingin kulepaskan secepat mungkin dan berlari sekencang mungkin namun entah mengapa saya sulit untuk bergerak sedikitpun. terdengar suara lembut dan halus "
DE' ALAMAT INI DI MANA..??" tanya sosok itu dengan sikap yang sangat dingin. tanpa berani melihat kearahnya, saya langsung melihat tulisan dari kertas yang disodorkannya kepadaku dengan tangannya yang satu masih memegang tanganku.
ketakutanku semakin menjadi-jadi ketika melihat alamat itu tepat berada di alamat kuburan tadi. tanpa menuggu-nunggu waktu lagi, saya menunjukkan arah dari alamat yang tertera di kertas itu, dia berterimakasih dengan suara kasnya dan langsung menuju kealamat itu. namun entah mengapa saya tetap memparhatikan orang itu sampai kearah tujuannya meskipun perasaan takutku berusaha memaksa saya untuk berlari sekencang-kencangnya meninggalkan tempat itu.
saat tiba di gerbang kuburan itu, dengan perlaha soso itu menoleh ke arah saya, tanpa tawar-tawar lagi, saya langsung berlari berusaha mengangkat sekuat-kuatnya dan berlaaaaRiiiiiiiii sekencaaaaaaaannng-kencangnyam saya tidak perduli lagi ketika tersandung batu apalagi saat melihat soso itu berlari seolah-olah ingin menangkap saya. terdengar suara seperti suara yang pernah saya dengar sebelumnya, lembut dan halus yang berkata :
"JANGAN~ LARI~". gelapnya jalan membuat saya tidak memperhatikan apa yang ada didepan saya dan tanpa sadar menabrak tiang listrik yang tepat berjarak sekitar 20 meter dari jalan poros, saat berusaha berdiri dan kembali berlari, tangan saya kembali rasanya di pegang sangat kuat, dan benar sosok itu mendapatkan saya, gelapnya jalan membuat rupanya kurang jelas untuk saya lihat...saya benar-benar pasrah meski berusaha meronta-ronta dan berteriak serta saat itu juga dia berkata:
"TERNYATA SAYA SALAH ALAMAT"
hatiku berseruh memuji Tuhan, rasanya benar-benar sangat legah meskipun malam itu adalah malam yang sangat mengerikan untuk dikenang, wanita itu kembali dengan menaiki mobil pribadi yang cukup mewah terparkir dipinggiran jalan poros. meski di ajak saya lebih nyaman menggunakan kendaraan umum. ternyata wanita itu mencari alamat untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang tidak mampu.
....