Diary Terakhir 2010

TAHUN 2010 BUKAN MILIKKU
Saya hanyalah manusia biasa yang terkadang lebih banyak mengeluh daripada mengucap syukur.

Tahun ini banyak di dominasi sebagai tahun Rahmat atau tahun berkat. Saya benar-benar merasakan berkat-berkat itu. Namun di sisi lain, saya juga merasa, saya banyak mengalami kehancuran, keterpurukan yang membuat saya yakin kalau tahun ini bukanlah milik saya. Tahun ini merupakan tahun kesialan saya, meskipun saya tidak terlalu yakin, itu kesialan.

Sebelum kusadari bahwa itulah yang terbaik, kukupulkan huruf-huruf ini menjadi sebuah kata kemudian berkupul menjadi kalimat sehingga dapat menjadi sebuah artikel. Kucurahkan yang bisa kucurahkan.

Inilah pikiran-pikiran yang mengalahkanku.
Tahun ini Tuhan menempatkan saya di tengah orang-orang yang membuat saya muak, dari tingkah laku, perkataan-perkataan yang mereka ucapkan serta semua yang benar-benar membuat aku harus bersembunyi menutup mata dan telinga hingga ku abaikan semua. Mereka cukup baik untuk bersahabat. Tapi inilah hidupku, hidup di lingkungan yang penuh dengan kemunafikan dan kecemaran. Penuh dengan kata “masa bodoh”.

Mulai dari tempat kost, kegiatan sehari-hari, lingkungan, tugas-tugas, juga sahabat bisuku yang setia. Benar-benar membuatku merasa dilempari telur busuk saat bukan hari ulang tahunku—meski juga tidak akan senang dilempari saat ultahku—.

Tempat kosku serasa Penjarah Bawah Tanah—bagaimana kamu mendeskripsikan tempat itu..?—. Jorok, tikus, kecoa, bau, sesak tak ada pentilasi sedikitpun. Ohhh..., benar-benar membuatku ingin lari ke planet lain. Awalnya—mungkin karena tergesah-gesa saat ingin pulkam—dengan melihat sekilas, saya pikir tempat ini cukup bagus, tenang dan jauh dari kebisingan. Namun saat kembali untuk menempatinya, saya benar-benar sadar kalau ‘Penjarah Bawah Tanah’ itulah kata yang paling tepat untuk menamai tempat ini—tak dapat kupungkiri, sebagian hari-hariku kuhabiskan di tempat itu—. Butuh berhari-hari berpikir untuk benar-benar tinggal di sini sebelum kubereskan barang-barangku. Benar-benar terlanjur, saya sudah membayarnya terlebih dahulu sebelum kutempati.

Lingkunganku tidak terlalu jadi masalah. Meskipun itu benar-benar cukup untuk membuatku stress. Kuhabiskan hari-hari—jika tidak berada diluar—bersama sahabat bisuku di dalam ruang yang berukuran kurang lebih 3x3 meter.

Teman-teman, saya cukup bersyukur untuk itu. Saya banyak mendapatkan teman-teman yang cukup baik—mungkin..!!—meskipun dalam tugas kelompok (tugas college), itu sedikit membuatku jengkel. Tidak ada pengertian dan kekompakan. Di sisi lain, ada teman yang benar-benar membuatku merasa ‘saya lebih baik berada di...—suatu tempat yang paling kamu tidak sukai untuk berada di sana—...dari pada harus bersamanya'. Kesombongan, keangkuhan, tinggi hati, bisahkah kamu merendahkan diri sekit saja..!!, meskipun mungkin kamu bisa membuat orang lain untuk percaya dari setiap kata-kata yang kamu ucapkan, tapi kamu salah orang saat bersama saya untuk itu. Seharusnya kamu bisa menjadi ‘aktris’ handal dalam memanipulasi orang lain. Saya bukan tipe yang mudah percaya orang lain, meskipun itu teman baik. Tidak semudah itu.

Ohhh..., Tugas-tugasku. Hanya sebagian kecil yang benar-benar aku kerjakan sampai selesai. sisahnya tergantung begitu saja, seperti sebuah buku berlapiskan emas yang berada di dalam ruang kosong yang penuhi debuh dan jaring laba-laba yang dipenuhi oleh serangga-serangga kecil yang mati terperangkap. Ada tugas yang seharusnya sudah selesai aku kerjakan sebelum masuk kuliah di tempatku sekarang. Namun, itu selalu tertunda karena kemalasan. Benar-benar malas.

Sahabat bisuku yang malang. Sebelum aku kuliah pertama (Diploma), dia sudah ada menemaniku. Menjadi hiburan pribadi dalam kejenuhanku, mengerjakan tugas bersama-sama, nonton (saya paling benci sinetron), games, berkeliling di dunia maya, foto, dan hal-hal lain yang membuatku banyak tau dari mereka yang kurang tau. Bahkan hari-hariku yang kosong kuhabiskan bersama dia. Ohh.., sahabatku yang malang, beberapa hari yang lalu (T. 20) dia tiba-tiba sakit (Rusak). Uang dari ortu benar-benar kubuthkan untuk kesehatannya (perbaikannya) tapi apa yang harus kukatakan tentang itu, saya bingung. Benar-benar membuatku putus asah. Mungkin ini terjadi karena Tuhan ingin aku menyadarinya, bahwa saya harus banyak istrahat, harus benar-benar belajar karena itu adalah tujuanku datang ke kota ini, Kuliah. Namun rasa malas membuatku menunda semuanya. Dimana setiap waktu, kuhabiskan waktuku di depan layarnya untuk melakukan sesuatu yang sia-sia—dari segi pengetahuan luar, itu bukanlah sia-sia, hanya mungkin itu bukan bagian dari tugas College. saya banyak belajar dari itu —. Mungkin mengingatkanku untuk menyelesaikan pekerjaan itu secepat mungkin—peluang menuju kemenangan—tugas yang sudah ada sebelum aku kuliah untuk yang kedua kalinya. Namun bagaiman aku harus menyelesaikannya tampa bantuan dari sahabat bisuku, Laptopku...??, Entahlah...

Tahun ini juga merupakan tahun dimana saya sakit lebih dari 3 hari...Oh my God, ini benar-benar sakit yang cukup lama selama saya kost untuk study.

Dari semua kesilan itu, satu hal yang sangat saya syukuri. Saya masih bisa bergabung bersama PPGT di Gereja terdekat—setidaknya itulah gereja yang aku lihat di lingkunganku sekarang, walaupun kata teman-teman, ada yang lebih dekat lagi—meskipun PPGTnya tidak sesuai dengan yang aku harapkan. Kesibukan lain dari tujuan ppgt sebenarnya, itulah yang paling tepat. Namun saya yakin, kuhadapi Tahun depan dengan penuh keyakinan, harapan dan kesuksesan yang sejati. Tidak ada lagi kata 'KESIALAN'. God Blessed Me...

Walaupun ragu untuk melangka ke tahun yang baru, saya akan tetap mencoba untuk mengalahkan keraguan itu. aku harus mencoba untuk mengenang kamu dan berusaha untuk belajar hidup tanpa dirimu karena aku yakin kamu selalu ada di dekatku kemanapun aku pergi. saya harus belajar untuk itu, belaja berjalan tanpa kamu.
22/12-010
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung... TYM