Sambutan Ketua umum PPGT |
Hari pertama Perayaan Raya Nasional IX PPGT (persekutuan Gereja Toraja) sungguh luar biasa. Makassar yang telah menjadi tuan rumah Praya sembilan ini, benar-benar berusaha mempersiapakan segala sesuatunya. Antusias dari teman-teman Kontingen/peserta menyambut perayaan ini benar-benar sungguh luar biasa, itu terlihat dari banyaknya peserta yang hadir, lebih dari 8.000 peserta dari 78 Klasis yang hadir (sesuai Daftar).
Sebelum memasuki perayaan, paginya, kami kembali di berikan sedikit pengarahan, dan Eltuin yang selaku Koordinator Pandu mengumpulkan kami di sebelah Kanan Panggung utama. Buku catatan Harian untuk Prayapun kini dibagikan. Koordinator Pandu, kembali mencari beberapa orang sebagai Pemegang Buku Tamu serta pengantar tamu. Pilihan Terakhir, jatuh pada saya, mau tidak mau, setidaknya ada pengalaman baru.
Setelah pengarahan. aktifitas seluruh pandupun dimulai dengan dengan baju Khusus Pandu, yang berwarna sangat mencolok, hijau muda.
Teman-tman Pandu beserta Koordinator Pandu |
Setelah menginformasikan tentang cara penilaian. Ka' Jho dan Ibu Pendeta Roma yang selaku orang yang bisa bertanggungjawab atas kontingen itu untuk sementara selagi menunggu ketua Klasis dan Ketua Kontingen yang belum hadir, mengutus beberapa orang untuk mengikuti Ibada pembukaan Praya. sedangkan yang lain, sebagian masih tinggal untuk mengurus sesuatu. saya kemudian menunjukkan temap duduk mereka (Berdasarkan Papan Nama dari masing-masing Kontingen yang hadir yang telah dipasang oleh Panitia sebelumnya di tenda-tenda yang nantinya di gunakan sebagia tnda-tenda untuk acara Kampung-kampung yang berada di pinggir Lapangan Utama.)
Ibadah Pembukaan di mulai.
sebagai pemegang buku tamu, saya bersama-teman-teman duduk di sudut kanan Lapangan, tepat di pinggir tenda panggung utama. satu meja dan tiga kursi, jadi sebagian teman-teman berdiri, yang nantinya akan menjadi penganta tamu. Rompi untuk pandupn kami lepas, jadi yang terlihat hanya baju panitia yang berwarna putih. di sebelah kanan panggung utama, merupakan tenda untuk tempat duduk para pendeta yang hadir, sedangkan sebelah kiri panggung utama merupakan tamu dari berbagai oraganisasi pemerintahan, serta untuk panggung utama sendiri merupakan tempat untuk paja pejabat-pajabat tinggi, yang nantinya akan di tempati oleh Bapak Gubernur Sulawesi Selatan Dr.H Syahrul Yasin Limpo, SH,M.si.MH.
beberapa kali saya mengantar beberapa tamu yang hadir yang saat itu disekap untuk berada di atas panggung utama untuk membagikan Liturgi kepada undangan yang naik panggung utama. menyenangkan, bisa bertatapan langsung petinggi-petinggi Gereja.
Pendeta Glorius Bawengan, SIK, M,th |
Sesi ini benar-benar sangaaatt Unik dan Menarik, benar-benar berbeda dari yang pernah saya lihat. sebelum pendeta masuk Hotba, ada drama dari beberapa peserta untuk memasuki sesi Hotba dimana Drama ini menceritakan tentang perjalanan Nabi Yunus yang diperintahkan Tuhan untuk pergi ke Niniwe untuk memperingati mereka tentang kejahatan yang mereka telah lakukan. namun Nabi Yunus berusaha untuk menjauh dari Perintah Tuhan dengan Melarikan diri Ke Tarsis. ditengah Laut, Nabi Yunus di telan oleh Ikan besar. saat sesi ini, pembaca Naska membacakan setiap detail gerakan dari sesorang yang berada di tengah lapangan yang berperan sebagai Nabi Yunus. seseorang memegang sesuatu yang ditutupi kain hitam yang digambarkan sebagai ikan besar, dan beberapa orang berlari-lari mengelilingi lapangan sambil melambai-lambaikan kain berwarna biru mudah sebagai lambang air lautan.
saat sesi drama sementara berjalan, Pendeta masuk dengan menggunakan Motor Kros / Motor Balap. awalnya saya bingung, kenapa ada orang yang membunyikan motor di belakang panggung dengan sangat keras sedangkan ibadah sementara berlangsung. setelah beberapa detik, pengendara motor tersebut masuk kedalam lapangan, saya bertamabah bingung, ini orang siapaaaaaaa jugaa, kok berani sekali. dia semakin mengencangkan bunyi motornya sambil mengelilingi si YUNUS. saya baru sadar setalah bunti motor itu terdengar lewat sound sistem.
Pendeta (saat itu saya belum sadar kalau di pendeta yang akan membawakan khotbah) turun dari Motor sambil memanggil dan menunjuk-nunjuka Yunus dengan suara lantang.
Pendeta Glorius Bawengan, SIK, M,th |
Beberapa pesan dari Khotbah yang sempat saya tangkap, kita sebagai pemudah harus selalu pergi ke arah terang bukan malah berbalik dan pergi ke kegelapan, karna Niniwe merupakan tempat matahari terbit dan Tarsis merupakan tempat matahari terbenam, jadi sebagai anak-anak Tuhan, kita seharunya selalu mejadi terang dan hadir sebagai terang.. (Jujur, kalau ada CD Khotbah dari Khotbah ini, saya akan cari, tidak apa-apa walaupun harus beli.. -_- )
Setelah Khotbah, seluruh pendeta yang duduk di tenda Samping Panggung Utama, masuk kelapangan dan membentuk lingkaran mengarah ke setiap peserta dan berdoa membekati peserta dan juga tempat itu sambil mengangkat tangan secara serempak. (Saya tau karna sebelum Berdoa Berkat, saya liat dulu, heheh, bukan berarti saya tidak ikut berdoa.. -_- )
untuk mempersingkat isi artikel, saya langsung aja..
setelah selesai Khotbah, kini sambutan-sambutan dari pihak terkait, bapak Ir. Soni Pandin, Pdt. Yusuf Paliling, S,Th, dan Pdt. Musa Salusu, M.th kemudian masuk kesesi penyambutan Bapak Gubernus Sulawesi Selatan. Cukup meriah, bapak Gubernur melepas Kacamata Hitamnya sambil melambaikannya ke tenda-tenda peserta, BLits Kamera cukup membahana.
Pelepasan Burung Merpati oleh Gubernur Sulawesi Selatan Bersama Bupati Tanah Toraja |
setelah bapak gubernur beradi di atas panggung utama, sesaat kemudian, peserta dan seluruh hadirin yang hadir bangkit berdiri lalu menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan menyanyikan Lagu MARS PPGT.
Setelah Bapak Gubernur memberikan ceramah, beliau kemudia secara resmi membuka PRAYA NASIONAL IX PPGT dengan memukul gendang beberapa kali. yang setelah selesai, kembali di pertontonkan tarian pa' Gellu dengan diiringi lagu "Marendeng Marampa."
Pemukulan Gendang pertanda pembukaan Praya IX oleh Bapak Syahrul Yasim Limpo |
sekitar pukul 6 sore, dimana sebagian kontingen yang sudah merasa Lemas karna perjalanan yang cukup panjang setelah memasuki penjurian terakhir yang berada di lapangan, saya melihat Kontingen Klasis Masambah masih semangat dan menunjukan semangat itu dengan Masih memberikan Yel-Yel Terakhir merak didepan Juri. sungguh luar biasa, walupun beberapa kontingen juga masih memberikan apresiasi dalam bentuk yel-yel namun semangat yang saya lihat, tidak seperti semangat yang dimiliki mereka, Kontingen Klasis Masamba.
Peserta DEFILE, Mengkendek Utara |